Menu

Mode Gelap
Jalur Gumitir Dibuka Lebih Awal, DPRD Jember Ingatkan Pengguna Jalan Soal Hal ini Satu Pelaku Pembacokan di Jalur Bromo Ditangkap, Aroma Cinta Segitiga Menguap Komplotan Curanmor di Lumajang Bobol Garasi dan Gondol Pick Up Tolak Balapan, Pemuda Lumajang Jadi Korban Kekerasan di Jalan Status WhatsApp Berujung Maut, Dendam Cinta Lama Berakhir Tragis di Lumajang Kabar Baik! Jalur Gumitir Jember-Banyuwangi Bisa Dilintasi Mulai 4 September 2025

Ekonomi · 24 Sep 2022 18:50 WIB

Harga Kedelai Meroket, Produsen Tempe Kelimpungan


					Harga Kedelai Meroket, Produsen Tempe Kelimpungan Perbesar

Kraksaan,- Harga kedelai di Kabupaten Probolinggo akhir-akhir ini merangkak naik. Hal itu membuat sejumlah produsen tempe dan tahu kelimpungan.

Seperti yang diungkapkan seorang produsen tempe di Desa Bulu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Abdillah (32). Menurutnya, harga kedelai yang mulanya sekitar Rp10 ribu per kilogram (Kg), kini naik menjadi Rp13 ribu/kg.

“Naik sudah sejak dua hari lalu. Pertamanya itu naik Rp1.000, tetapi kemarin itu saya kulak kedelai sudah naik lagi sampai Rp13 ribu/Kg,” terang Abdillah, Sabtu (24/9/22).

Menurutnya, mahalnya harga kedelai itu membuatnya serba kesusahan. Sebab sebelumnya, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah naik.

“Dua sektor terpenting dalam ekonomi saya sekarang sama-sama mahal, jadi ya semakin kesulitan dengan keadaan seperti ini. Bensin buat operasional sudah mahal, ditambah bahan pokok usaha juga mahal, pusing saya,” keluhnya.

Dijelaskan Abdillah, ia menggunakan kedelai impor karena kualitasnya lebih bagus dibanding kedelai lokal. Dalam sehari, ia membutuhkan 2 ton kedelai sebagai bahan baku produksi tempe.

“Kalau pakai kedelai lokal, kualitasnya lebih jelek, tidak mengembang. Rasanya juga memang lebih enak kedelai impor,” terangnya.

Hal serupa juga sampaikan M. Thoif (31), perajin tempe asl Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo. Ia terpaksa pun menaikkan harga jual tempe hasil produksnya agar tidak rugi.

“Ya kalau tidak dinaikkan harga tempenya, saya bisa bangkrut. Harga bahan pokoknya sudah naik, kalau saya tetap di harga lama ya tidak bisa produksi lagi,” ujarnya. (*)

Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kebanjiran Order, Persewaan Baju Karnaval di Pasuruan Raup Puluhan Juta

24 Agustus 2025 - 17:18 WIB

Dari Dapur Nenek ke Meja Milenial, Makanan Tradisional yang Menyatukan Zaman

24 Agustus 2025 - 15:15 WIB

Target Luas Tanam Tembakau di Kabupaten Probolinggo Belum Tercapai

18 Agustus 2025 - 17:22 WIB

Harga Tembakau di Probolinggo Mulai Melonjak, Tembus Rp 66 Ribu/Kg

15 Agustus 2025 - 14:48 WIB

Klaim Kondisi Sedang Tidak Baik, Gudang Garam Paiton tak Jamin Beli Tembakau

14 Agustus 2025 - 18:53 WIB

Cegah Penimbunan, Satgas Pangan Sidak Produsen dan Agen Beras di Pasuruan

14 Agustus 2025 - 17:48 WIB

Momentum Kemerdekaan, Okupansi Hotel di Bromo Naik hingga 70 Persen

12 Agustus 2025 - 18:57 WIB

Percepat Sertifikasi Tanah Wakaf, BWI Probolinggo Masifkan Sosialisasi

12 Agustus 2025 - 18:02 WIB

Penjual Bendera Musiman Marak, Namun Omset Kini Turun

8 Agustus 2025 - 18:10 WIB

Trending di Ekonomi