Menu

Mode Gelap
KPK Mulai Gerah! Bakal Jemput Paksa 21 Tersangka Korupsi Dana Hibah Jatim Pesawat Latih Jatuh di Bogor, Tewaskan Eks Kadispen TNI AU Toyota Fortuner Terjun ke Sungai di Jalur Wisata Bromo, 2 Orang Luka-luka Masuki Musim Hujan, Polisi Imbau Pengendara Waspada Longsor di Piket Nol Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06 Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

Ekonomi · 15 Agu 2022 17:55 WIB

Wabah PMK Melandai, Penjualan Sapi di Lumajang Tetap Sepi


					Wabah PMK Melandai, Penjualan Sapi di Lumajang Tetap Sepi Perbesar

Lumajang,- Sejak awal bulan Juli lalu, pasar hewan di Kelurahan Jogoturunan, Kecamatan/Kabupaten Lumajang sudah dibuka. Aktivitas para pedagang sapipun mulai berdatangan memadati pasar.

Rofi’i salah satu pedagang asal Desa Kerasak, Kecamatan Kedungjajang, Kabupaten Lumajang mengatakan, sejak awal dibukanya pasar hewan, ia sudah menjual sedikitnya 6 ekor sapi.

“Kalau pembeli dari petani masih sepi, biasanya dari luar wilayah Lumajang yang banyak membeli,” kata Rofi’i, Senin (15/8/2022).

Kondisi tersebut, menurut Rofi’i, membuatnya rugi. Sebab biaya angkut sapi dan biaya perawatan tidak sebanding dengan hasil yang didapat, meski pasar sudah tidak ditutup oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang.

Dikatakan Rofi’i, ia sudah pernah membeli sapi melalui online. Namun, transaksi lewat online justru membuatnya tambah merugi lantaran ia tidak bisa memprediksi kondisi sapi secara leluasa.

“Kalau jual beli lewat online, hanya di videonya saja terlihat besar. Setelah didatang ternyata tidak sesuai, bahkan saya selalu rugi kalau beli lewat video,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Pasar Hewan, Darsun menyampaikan, saat ini penjualan sapi memang mengalami penurunan drastis dibandingkan sebelum adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

“Saat ini, mengalami penurunan hingga 60 persen. Kalau sebelum PMK penjualan sapi bisa mencapai 700 ekor, kalau sekarang hanya 250-an tiap pasaran,” jelasnya.

Menurut Darsun, selain wabah PMK yang masih menghantui, tidak adanya pembeli dari luar kota membuat aktivitas jual beli sapi kian sepi. Padahal, sapi-sapi dari Lumajang biasanya menjadi rujukan pedagang luar, seperti Surabaya dan Gresik.

“Pembeli dari luar kota tidak ada, biasanya kebanyakan dari Surabaya, karena tidak ada jadi aktivitasnya juga sepi,” imbuhnya memungkasi. (*)

Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Capaian Cek Kesehatan Gratis Lumajang Baru 12,7 Persen, Tantangan Edukasi Masih Besar

27 Juli 2025 - 11:24 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Trending di Ekonomi