Menu

Mode Gelap
Ada Festival Nusantara 2025 di Jember, Perkuat Branding Surga Kopi dan Tembakau Sehari, Polres Probolinggo Kota Tangkap 5 Orang Pengedar Sabu Sound Horeg, Kapolres Lumajang: Penyelidikan Akustik Belum Ada Ricuh Soal Barcode Pasir, Truk-Truk Pasir Dihentikan Paksa di Lumajang Sae Law Care Segera Evaluasi Perwakilannya sebagai Humas Satgas Miras Kabupaten Probolinggo Revitalisasi Pasar Besar Pasuruan Tahap II Dimulai Tahun Ini, Anggaran Capai Rp6,4 Miliar

Pendidikan · 12 Apr 2018 13:44 WIB

Bejana Politik Kian Memanas, Puluhan Kader GMNI Jatim Digodok


					Bejana Politik Kian Memanas, Puluhan Kader GMNI Jatim Digodok Perbesar

BANYUWANGI-PANTURA7.com, Kegaduhan politik menjelang Pilpres tahun 2019 kini sudah terasa. Tak hanya di Jakarta, di wilayah Jawa Timur pun, panasnya bejana politik sudah mukai mendidih.

Tak ingin kegaduhan politik berlanjut dan berkembang lebih luas, Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPD GMNI) Jatim menggodok 30 kadernya, untuk diterjunkan di daerah-daerah, Kamis (12/04/2018).

Penggodokan dilakukan di sela-sela kegiatan penutupan KTM (kaderisasi tingkat menengah, red), yang digelar di Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi, tepatnya di are Masjid KH Ahmad Dahlan.

Penggodokan bertujuan untuk meredam kegaduhan politik, yang saat ini kian santer menjadi bahan obrolan masyarakat ataupun warganet dunia maya. Melalui kegiatan tersebut, kader GMNI diharapkan mampu menjadi penengah sekaligus penangkal penyebaran isu SARA, kampanye hitam ataupun berita hoax.

Ketua DPD GMNI Jatim M. Ageng Dendy Setyawan menjelaskan, penggodokan ilmu politik diberikan agar para kader lebih progresif di daerahnya masing-masing. Bahkan diharapkan, tak hanya soal politik namun kader juga bisa memahami dinamika lainnya.

“Saya harap tak hanya politik, mereka juga mampu menjadi agen analisis, baik persoalan sosial maupun persoalan agraria yang hampir rata terjadi di Jawa Timur,” jelas Ageng.

Terpisah, Imam Besar Masjid KH Ahmad Dahlan Ustad Herman menegaskan bahwa ada histori antara GMNI yang menggunakan ideologi Soekarno dengan Muhammadiyah, yang diprakarsai KH Ahmad Dahlan.

“Jadi kedekatan Soekarno dengan Muhammadiyah harus dijaga, pesan saya kader GMNI tetap menjadi jiwa yang nasionalis dan religius, meski dinamika bangsa terus bergejolak,” papar Ustad Herman.

Sebagai informasi, penutupan KTM di Banyuwangi kali ini, merupakan akhir dimana selama 14 hari sejak 31/3/2018, kader GMNI digembleng di desa-desa untuk melakukan analisis sosial. (*)

 

Penulis : Rahmad Soleh

Editor : Achmad Zulkifly

Artikel ini telah dibaca 25 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Miris! SDN Warujinggo 2 Probolinggo 2 Tahun Gagal Dapatkan Siswa Baru

17 Juli 2025 - 09:29 WIB

Hari Pertama Sekolah Rakyat di Kota Probolinggo, Dipantau Langsung Gubernur Khofifah

14 Juli 2025 - 19:54 WIB

Hari Pertama Sekolah Rakyat di Kota Probolinggo, Siswa Ikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

14 Juli 2025 - 12:49 WIB

Sekolah Rakyat Segera Dimulai, Asrama dan Ruang Kelas Dikenalkan

11 Juli 2025 - 04:47 WIB

Jember Jadi Tuan Rumah Porseni Madrasah se-Jawa Timur, Diikuti Ribuan Pelajar

8 Juli 2025 - 16:54 WIB

Isi Libur dengan Ilmu, Anak-anak di Prigen Pilih Belajar Bahasa Inggris

28 Juni 2025 - 16:16 WIB

Renovasi Sekolah Rakyat Kabupaten Pasuruan Sudah 50 Persen, Siap Digunakan Saat Tahun Pelajaran Dimulai

23 Juni 2025 - 17:43 WIB

Memprihatinkan! 1.500 Sekolah di Jember Rusak

22 Juni 2025 - 22:53 WIB

Senator Ning Lia Dukung Program Kuliah Gratis Pemkab Probolinggo, Dorong Perlakuan Khusus bagi Difabel

22 Juni 2025 - 16:09 WIB

Trending di Nasional