Menu

Mode Gelap
Eks ABK asal Sumsel Meninggal di Probolinggo, Dugaan Penyebab Kematian Bikin Miris Honda CB150 Tabrak Supra X di Patalan Probolinggo, Tiga Orang Meninggal Dunia Dorong Wisatawan Kenali Budaya Tengger, Bupati Gus Haris Siapkan Kalender Even di Bromo Bocah 7 Tahun yang Ditemukan Tewas Bersimbah Darah di Wonorejo Dianiaya Saat Bermain di Halaman Rumah Isak Tangis Pecah Saat Jenazah Bocah 7 Tahun Tiba di Rumah Duka Hari Raya Karo, 3 Desa Lereng Bromo Probolinggo Gelar Ritual Tari Sodoran

Ekonomi · 22 Jul 2022 19:58 WIB

Harga Melonjak, Petani Bawang Merah Pun Tersenyum Lebar


					Harga Melonjak, Petani Bawang Merah Pun Tersenyum Lebar Perbesar

KREJENGAN,- Melonjaknya harga bawang di Kabupaten Probolinggo dirasakan sejumlah petani. Mereka mengaku, bisa meraup keuntungan lumayan dari hasil bercocok tanam tanaman umbi lapis itu.

Salah satu petani yang merasakan “sedap”-nya harga bawang merah adalah Mahyar, 53 tahun, petani di Desa Opo opo, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. Ia mengaku, menangguk keuntungan sekitar Rp60 juta dalam sekali panen bawang merah.

Ia mengaku, baru kali ini menanam bawang dan masih belajar menjadi petani bawang merah. Dengan tanah seluas sekitar 250 meter persegi, ia sangat beruntung karena harga bawang masih tinggi di Kabupaten Probolinggo.

“Saya baru tahun ini mencoba bertanam bawang, sebelumnya hanya monoton di tanaman padi dan tembakau,” katanya, Jumat (22/7/2022).

Dikatakan kali ini merupakan panen kali ketiga dengan hasil 4 ton lebih bawang merah. Padahal pada panen perdana dan kedua, ia hanya bisa membawa pulang bawang merah 2,4 ton dan 2,7 ton.

Tak hanya itu, harga bawang yang dipanen Mahyar juga sedang melonjak harganya, dari Rp21.000-25.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 50.000-55.000 per kg.

“Untuk harganya tergantung kualitas dan ukuran bawangnya, yang super bisa mencapai Rp55.000,” katanya.

Awalnya, ia mengaku tidak terlalu optimistis dengan bertanam bawang merah karena sebagian wilayah Krejengan bukan lahan bawang. Bahkan petani yang menanam bawang merah adalah yang paling sedikit.

“Awalnya memang tidak yakin. Karena tanah di sini biasanya ditanami tembakau pada musim kemarau. Bisa dilihat di sekitar sini, saya hanya sendirian yang menanam bawang merah,” ucapnya.

Tapi dengan hasil ini, bapak dari dua anak ini sangat bersyukur saat memanen bawang merah bersamaan dengan meroketnya harga komoditas bumbu dapur itu.

“Alhamdulillah hasilnya memuaskan. Bisa jadi ini merupakan ganti dari sepeda motor saya yang raib dibawa maling beberapa waktu lalu,” katanya. (*)

 

Editor : Ikhsan Mahmudi

Publisher : Zainul Hasan R.

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Penjual Bendera Musiman Marak, Namun Omset Kini Turun

8 Agustus 2025 - 18:10 WIB

Ancaman TSNA Bayangi Petani Tembakau Lumajang Jelang Panen

7 Agustus 2025 - 12:05 WIB

Susu Kambing Senduro, dari Peternakan ke Gelas, Bisnis Sehat ala Anak Muda Lumajang

6 Agustus 2025 - 16:09 WIB

Kekeringan, Petani Tunjungrejo Lumajang Terancam Gagal Panen

5 Agustus 2025 - 10:59 WIB

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Trending di Ekonomi