Menu

Mode Gelap
Jalur Gumitir Dibuka Lebih Awal, DPRD Jember Ingatkan Pengguna Jalan Soal Hal ini Satu Pelaku Pembacokan di Jalur Bromo Ditangkap, Aroma Cinta Segitiga Menguap Komplotan Curanmor di Lumajang Bobol Garasi dan Gondol Pick Up Tolak Balapan, Pemuda Lumajang Jadi Korban Kekerasan di Jalan Status WhatsApp Berujung Maut, Dendam Cinta Lama Berakhir Tragis di Lumajang Kabar Baik! Jalur Gumitir Jember-Banyuwangi Bisa Dilintasi Mulai 4 September 2025

Ekonomi · 21 Feb 2021 10:45 WIB

Kiat Perajin Pisau Bertahan di Masa Pandemi Covid-19


					Kiat Perajin Pisau Bertahan di Masa Pandemi Covid-19 Perbesar

PAJARAKAN-PANTURA7.com, Pandemi Covid-19 juga berpengaruh terhadap kehidupan para perajin di Kabupaten Probolinggo. Termasuk salah satunya, Halim, perajin pisau di Desa Selogudig Wetan, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo.

Ia mengaku, produksi pisau yang dibuat dan dijualnya juga terpengaruh pandemi Covid-19. Dari 30-40 pisau yang bisa diproduksi setiap hari kini berkurang menjadi 15 buah.

Halim berterus terang, tidak lagi berani memproduksi pisau dalam jumlah banyak seperti sebelum pandemi Covid-19. Soalnya, sejak pandemi pesanan pisau berkurang drastis.

“Kalau tidak ada yang pesan, cukup membuat 15 pisau. Tidak berani buat banyak, meskipun masih mampu membuat lebih tapi ujung-ujungnya tetap bingung mau dijual ke mana. Jadi saya membuat pisau secukupnya saja,” kata Halim, Minggu (21/2/2021).

Meskipun di masa pandemi Covid-19 sangat sulit bagi perajin pisau seperti dirinya, Halim mengaku, masih bersyukur. Ia masih tetap beruntung meski pembuatan pisau berkurang, tetapi harganya tetap tidak berubah dan tidak dikeluhkan pembeli.

“Untuk harga jual pisau bervariasi mulai dari 5 ribu sampai 15 ribu rupiah, tergantung dari ukuran dan kualitas pisaunya. Saya kan hanya membuat pisau dapur, jadinya murah-murah. Apalagi ketika dijual yang menawar ibu-ibu. Pasti tidak dilirik kalau mahal,” ungkap Halim.

Di sisi lain, sambung Halim, untuk tetap berpenghasilan lebih, dirinya sudah jarang menjajakan jualanya ke pasar. Ia juga berjualan melalui sistem online karena lebih hemat dan tidak terlalu menguras waktu, tenaga, dan biaya operasional.

“Kalau dijajakan ke pasar sebenarnya masih tetap, tapi tidak setiap hari. Jadi baru-baru ini mencoba peruntungan berjualan di media sosial seperti di WhatsApp (WA) atau Facebook (FB) lumayan bisa hemat ongkos dan tenaga,” tutup pria 46 tahun ini. (*)


Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : A. Zainullah FT


Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kebanjiran Order, Persewaan Baju Karnaval di Pasuruan Raup Puluhan Juta

24 Agustus 2025 - 17:18 WIB

Dari Dapur Nenek ke Meja Milenial, Makanan Tradisional yang Menyatukan Zaman

24 Agustus 2025 - 15:15 WIB

Target Luas Tanam Tembakau di Kabupaten Probolinggo Belum Tercapai

18 Agustus 2025 - 17:22 WIB

Harga Tembakau di Probolinggo Mulai Melonjak, Tembus Rp 66 Ribu/Kg

15 Agustus 2025 - 14:48 WIB

Klaim Kondisi Sedang Tidak Baik, Gudang Garam Paiton tak Jamin Beli Tembakau

14 Agustus 2025 - 18:53 WIB

Cegah Penimbunan, Satgas Pangan Sidak Produsen dan Agen Beras di Pasuruan

14 Agustus 2025 - 17:48 WIB

Momentum Kemerdekaan, Okupansi Hotel di Bromo Naik hingga 70 Persen

12 Agustus 2025 - 18:57 WIB

Percepat Sertifikasi Tanah Wakaf, BWI Probolinggo Masifkan Sosialisasi

12 Agustus 2025 - 18:02 WIB

Penjual Bendera Musiman Marak, Namun Omset Kini Turun

8 Agustus 2025 - 18:10 WIB

Trending di Ekonomi