Jember,- Pantai Watu Ulo di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember, bukan hanya terkenal karena pemandangannya yang indah, tetapi juga karena kisah legendaris tentang naga besar yang membatu.

Batu panjang di tepi pantai itu dipercaya sebagai tubuh naga bernama Nogo Rojo, asal mula nama “Watu Ulo” yang berarti batu ular.

Ansori, penjaga pantai yang sudah puluhan tahun bertugas di sana, menceritakan bahwa legenda ini sudah dikenal sejak lama oleh warga pesisir selatan Jember.

“Dulu katanya ada naga besar dari laut selatan. Ia naik ke darat untuk beristirahat, lalu berubah menjadi batu. Itulah Watu Ulo,” ujar Ansori, Rabu, (15/10/25).

Dari cerita turun-temurun, tubuh naga itu terbelah menjadi tiga bagian. Kepalanya berada di Pantai Grajagan Banyuwangi, badannya di Pantai Watu Ulo Jember, dan ekornya di Pacitan.

Advertisement

Ansori mengatakan, naga dalam legenda ini bukan hanya hewan mitos, tapi makhluk gaib yang menjaga laut.

“Kalau laut bergelombang besar, orang dulu bilang itu tandanya naga sedang bergerak,” katanya.

Setiap tahun, warga sekitar mengadakan Upacara Larung Sesaji di Pantai Watu Ulo. Acara ini dilakukan sebagai bentuk syukur dan penghormatan kepada penjaga laut.

“Kami tidak menyembah naga, tapi menghormatinya sebagai simbol keseimbangan alam,” tambah Ansori.

Selama 26 tahun menjaga pantai, Ansori juga sering mendapat firasat jika ada bahaya di laut.

“Alhamdulillah, selama saya di sini belum pernah ada kecelakaan besar. Penunggu pantai ini katanya melindungi dari ombak besar,” ujar dia.

Selain batu yang menyerupai ular, di kawasan pantai juga ada sumur tua yang dipercaya sebagai pintu menuju keraton Nyi Roro Kidul.

Ansori mengaku, pernah melihat susunan batu seperti bangunan di sekitar sumur itu pada tahun 1999.

Koordinator kawasan wisata Watu Ulo, Siti,  mengatakan bahwa banyak mitos lama kini sudah jarang dipercaya.

“Dulu orang takut pakai baju merah atau hijau kalau ke pantai, tapi sekarang tidak masalah. Pengunjung datang untuk menikmati pemandangan, bukan takut,” jelasnya.

Batu panjang di pantai yang dulunya terlihat jelas kini sebagian tertutup pasir karena ombak dan angin laut. Meski begitu, Watu Ulo tetap menjadi tempat yang menarik bagi wisatawan.

Yayuk Yohanes, pengunjung asal Balung, mengaku sering datang ke Watu Ulo bersama keluarganya.

“Suasananya tenang dan indah. Kami sering ke sini untuk melepas penat,” cetusnya.

Bagi warga Desa Sumberejo dan Ambulu, Watu Ulo bukan hanya batu besar di tepi laut, tapi juga simbol kepercayaan dan warisan leluhur yang terus dijaga sampai sekarang. (*)

Editor: Mohammad S

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.