Probolinggo,- Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia dalam jumlah kasus kusta(lepra/leprosy) baru, setelah India dan Brasil. Kusta merupakan jenis penyakit kulit yang dapat menyerang jaringan kulit, saraf tepi, hingga saluran pernapasan.
Berdasarkan data evaluasi program pencegahan dan pengendalian kusta Kementerian Kesehatan RI tahun 2023, sebanyak 122 kabupaten/kota di Indonesia tergolong endemis dengan tingkat prevalensi lebih dari 1 per 10.000 penduduk.
Di Provinsi Jawa Timur terdapat beberapa daerah endemis kusta, antara lain Kabupaten Sampang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Jember. Kusta sejatinya adalah penyakit yang mudah disembuhkan secara medis.
Namun banyak masyarakat masih percaya bahwa kusta tidak dapat disembuhkan, sangat menular, bersifat turun-temurun, merupakan hukuman ilahi, atau dinilai sebagai penyebab kecacatan.
Kusta bukan hanya masalah medis, tetapi juga menyangkut aspek sosial, persepsi budaya, kepercayaan agama, dan norma sosial yang memunculkan stigma dan diskriminasi pada penderita kusta.
Deteksi dini kusta berbasis komunitas sangat dibutuhkan untuk mencegah stigma sekaligus memperkuat ketahanan masyarakat.
Dengan memanfaatkan sumberdaya lokal dan memberdayakan kader kesehatan masyarakat, program ini bisa meningkatkan deteksi dini, mengurangi stigma, dan meningkatkan akses terhadap perawatan kusta.
The Nippon Foundation (NF)—sebuah organisasi donor non-pemerintah dari Jepang yang berdiri sejak 1962—sangat fokus tentang isu pemberantasan penyakit kusta, tak terkecuali di Kabupaten Probolinggo.
Ketua Kehormatan (Honorary Chairman) NF, Yohei Sasakawa, telah bekerja untuk memerangi kusta lebih dari 50 tahun dan mengunjungi serta bertemu penderita kusta di 125 negara.
Atas dedikasi tersebut, Yohei Sasakawa, menjadi Goodwill Ambassador (Utusan Khusus) WHO untuk eliminasi kusta sejak 2001 dan juga Duta Besar Jepang khusus untuk Hak Asasi penderita kusta.
Sasakawa dan tim pun berkunjung ke Kabupaten Probolinggo, tepatnya di kampung endemik kusta, Desa Jabung Sisir, Kecamatan Paiton, Rabu (9/7/25), dengan beberapa tujuan.
Pertama, melihat langsung perkembangan program penanganan kusta; Kedua, mendokumentasikan praktik terbaik penanggulangan kusta; Ketiga, bertukar pengalaman dengan pemangku kepentingan lokal; Ke-empat, menjajaki peluang kerja sama lebih lanjut untuk eliminasi kusta secara efektif dan efisien.
Di Probolinggo, utusan WHO ini bertemu dengan Bupati Probolinggo, dr. Mohammad Haris, berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan, berdiskusi dengan tim program kusta daerah dan Interaksi dengan komunitas serta penyintas kusta.
Kegiatan ditutup dengan kunjungan ke kediaman Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, yang berada di kompleks Pesantren Zaenul Hasan (PZH) Genggong, Pajarakan, Probolinggo.
Selain Sasakawa, kunjungan juga diikuti oleh enam staf NF dan Sasakawa Health Foundation. Turut hadir pula perwakilan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra