Menu

Mode Gelap
Tunarungu di Jember Minta Akses Layanan Publik dan Pekerjaan Layak Naik Motor Bawa Rumput, Warga Lekok Tewas di Jalur Pantura Grati Pemprov Jatim Terbitkan SE Pengibaran Bendera Merah Putih Latihan Upacara HUT RI di Lumajang Nyaris Gagal, Diselamatkan oleh Aksi Tak Terduga Petugas BPBD Gubernur dan TNI Resmi Memulai Rutilahu Jatim dari Probolinggo Kades Akan Evaluasi Karnaval Sound Horeg Pasca Penonton Meninggal

Ekonomi · 12 Mar 2025 19:33 WIB

Awal Tahun, BPS Sebut Kabupaten Jember Alami Deflasi


					Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Tri Erwandi. (foto: M. Abd. Rozak Mubarok).
Perbesar

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Tri Erwandi. (foto: M. Abd. Rozak Mubarok).

Jember,- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Tri Erwandi, menyebut bahwa Kabupaten Jember mengalami beberapa periode deflasi pada dua bulan awal tahun 2025.

Menurutnya, pemahaman tentang inflasi dan deflasi sangat penting. Sebab hal ini tidak terlepas dari hukum permintaan dan penawaran.

Tri menjelaskan bahwa data yang dipantau BPS lebih berfokus pada harga konsumen, bukan harga produsen.

“Deflasi yang terjadi pada Januari dan Februari 2025 disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kebijakan pemerintah terkait tarif listrik,” ujar Tri, Rabu, (12/3/25).

Pada bulan tersebut, BPS mencatat deflasi 0,14 persen di Januari yang meningkat menjadi 0,76 persen di Februari. Penyebab utama deflasi ini adalah diskon 50 persen penggunaan listrik bagi pelanggan dengan daya dibawah 2.200 KWH.

“Hal ini berdampak besar pada pola konsumsi masyarakat, di mana hampir semua sektor (kehidupan) menggunakan listrik,” imbuhnya.

Tri menambahkan, bahwa beberapa komoditas mengalami penurunan harga, termasuk cabai rawit dan tomat, yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca hujan.

“Hujan yang terus menerus dapat mempengaruhi daya tahan komoditas pertanian,” sampainya.

Menjelang bulan Ramadan, Tri memprediksi bakal ada perubahan tren. “Bulan Ramadan biasanya meningkatkan permintaan, sehingga inflasi dapat meningkat. Namun, kita masih menunggu data resmi untuk bulan ini,” beber dia.

Ia menyoroti imbas pengangguran terhadap ekonomi. Menurutnya, meskipun angka pengangguran di Jember masih di bawah rata-rata provinsi, inflasi yang tinggi dapat berdampak negatif pada daya beli masyarakat.

Tri menegaskan pentingnya sektor pertanian sebagai pendorong utama ekonomi Jember. Ia menekankan perlunya peningkatan produksi pertanian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi diatas 5 persen.

“Pertumbuhan ekonomi Jember tahun 2024 tercatat 4,86 persen, meskipun lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya,” cetusnya.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas, Tri menyarankan agar generasi muda di Kabupaten Jember terlibat dalam sektor pertanian.

“Kami perlu memastikan bahwa lahan pertanian dan produksi tetap berkelanjutan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat,” Tri memungkasi. (*)

 


Editor: Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 114 kali

Baca Lainnya

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Trending di Ekonomi