Probolinggo,- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD} Kota Probolinggo mencatat, selama bulan Juli 2024 sebanyak 14 kasus kebakaran dan tiga pohon tumbang terjadi di Kota Probolinggo.
Memasuki puncak musim kemarau, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya cuaca ekstrem.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Juli lalu merilis, seluruh wilayah Indonesia mengalami musim kemarau.
Namun, musim kemarau yang terjadi di sejumlah wilayah mundur dan puncaknya terjadi pada bulan Juli hingga Agustus 2024.
Meskipun memasuki musim kemarau, namun sejumlah wilayah masih akan berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, akibat dinamika atmosfir.
Fenomena ini akibat aktifnya gelombang atmosfir Rossby Ekuatorial yang terpantau aktif di sejumlan wilayah Indonesia.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Probolinggo, Sugito Prasetyo mengatakan, memasuki puncak musim kemarau, suhu di Kota Probolinggo terasa semakin dingin terutama saat malam hari yang dapat mencapai 17 hingga 20 derajat Celcius.
“Sementara saat siang hari justru cuaca lebih terik dengan embusan angin berkisar 15 hingga 27 kilometer per jam. Kondisi ini dapat mengakibatkan kebakaran hingga pohon tumbang,” kata Sugito, Kamis (8/8/2024).
Dari data BPBD Kota Probolinggo, selama bulan Juli 2024, terdapat 14 kali kebakaran baik kebakaran permukiman atau lahan. Sementara terdapat tiga kali pohon tumbang yang diakibatkan faktor alam.
Kemudian, selama Januari hingga Juli 2024, kejadian di Kota Probolinggo didominasi dengan 50 kali kejadian kebakaran, disusul pohon tumbang sebanyak 37 kali dan genangan air sebanyak 18 kali.
“Kita mengimbau di musim kemarau ini masyarakat untuk tidak membakar bahan atau sampah dalam kondisi apapun,” ucapnya.
“Kemudian kami juga menyiagakan personel dan peralatan jika terjadi keadaan darurat di Kota Probolinggo,” Sugito memungkasi. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Moch Rochim