Menu

Mode Gelap
Satpolairud Polres Pasuruan Kota Tempati Gedung Baru di Panggungrejo Fisik Terbatas tak Halangi Para Tunanetra Unjuk Kebolehan di MTQ Jatim XXXI Jember Parkir di Selatan Alun-alun Kota Probolinggo, Motor Matic Raib Residivis Ditangkap Usai Satroni Sekolah dan TPQ Pasca Laka Maut di Jalur Bromo, Usulan Pembangunan Jalur Penyelamat Menguat Kantor KUD di Beji Pasuruan Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Budaya · 18 Mar 2023 11:48 WIB

Sambut Tawur Kesanga, Umat Hindu Lumajang Mulai Buat Ogoh-ogoh


					PERSIAPAN: Umat Hindu Lumajang mulai membuat ogoh-ogoh mendekati Hari Raya Nyepi. (foto: Asmadi) Perbesar

PERSIAPAN: Umat Hindu Lumajang mulai membuat ogoh-ogoh mendekati Hari Raya Nyepi. (foto: Asmadi)

Lumajang,- Menyambut datangnya Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang mulai membuat ogoh-ogoh.

Ogoh-ogoh yang dibuat beraneka ragam dengan ukuran besar. Beragam ogoh-ogoh yang dibuat menggambarkan berbagai sifat jahat, sehingga bentuknya terlihat menyeramkan.

Proses pembuatan ogoh-ogoh membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sekitar dua minggu. Bahan dasarnya mayoritas styrofoam, lalu dibalut kertas semen.

Rata-rata, warga membutuhkan biaya sekitar Rp3 juta hingga Rp4 juta untuk membuat satu ogoh-ogoh berukuran besar. Biaya pembuatan ogoh-ogoh berasal dari patungan warga.

“Ini rangkaian persiapan menyambut datangnya Nyepi. Umat Hindu membuat ogoh-ogoh yang nantinya akan diarak keliling desa,” kata pembuat ogoh-ogoh di Pura Mandaragiri Semeru Agung Desa Senduro, Nyono, Sabtu (18/3/2023).

Biasanya, ogoh-ogoh dibuat oleh kalangan anak muda. Meski dengan alat se-adanya, namun para pemuda Hindu terlihat cukup piawai membuat ogoh-ogoh.

Warga bergotong royong membuat ogoh-ogoh di balai pura masing-masing. Model ogoh-ogoh biasanya berganti setiap tahun namun konsepnya tetap raksasa yang menyeramkan.

Dengan pewarnaan yang tepat, ogoh-ogoh terlihat seperti hidup. Tak hanya untuk warga dewasa, umat Hindu juga membuat ogoh-ogoh yang nanti akan diarak oleh anak-anak dengan bentuk yang lebih kecil dan ringan.

Selanjutnya, ogoh-ogoh akan diarak berkeliling kampung pada malam hari sebelum Nyepi, Selasa (21/3/23). Diiringi gamelan baleganjur, umat Hindu membawa ogoh-ogoh di jalan desa masing-masing.

Nyono menjelaskan, ritual ini disebut dengan tawur kesanga. Maknanya, membersihkan pengaruh buruk bagi umat Hindu sebelum memasuki puasa Nyepi.

“Ritual ini diakhiri dengan membakar ogoh-ogoh menjelang tengah malam. Lalu, seluruh umat Hindu akan menjalani puasa penuh 24 jam,” tuturnya menjelaskan.

Selama Nyepi, umat Hindu menghentikan seluruh aktivitasnya dan hanya berdiam diri di dalam rumah. “Puasa ini sebagai pertanda menyambut datangnya tahun baru Saka,” tutup Nyono. (*)

 

Editor: Mohamad S
Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 45 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kemeriahan Maulid Nabi di Pasuruan, Warga Berebut Barang dalam Tradisi Arebbuan

5 September 2025 - 10:53 WIB

Padepokan Fashion Carnaval Probolinggo, Kuatkan Identitas Kebudayaan Indonesia

31 Agustus 2025 - 20:40 WIB

Terinspirasi Pejuang Kemerdekaan, Peserta Tajemtra Berusia 70 Tahun ini Tuntaskan Rute 30 KM

24 Agustus 2025 - 08:33 WIB

15 Ribu Peserta Semarakkan Tajemtra 2025, Termasuk WNA China

24 Agustus 2025 - 02:02 WIB

Tajemtra 2025 Siap Digelar, 15.171 Peserta Terdaftar

22 Agustus 2025 - 19:22 WIB

Dorong Wisatawan Kenali Budaya Tengger, Bupati Gus Haris Siapkan Kalender Even di Bromo

9 Agustus 2025 - 20:51 WIB

Hari Raya Karo, 3 Desa Lereng Bromo Probolinggo Gelar Ritual Tari Sodoran

9 Agustus 2025 - 18:19 WIB

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan

28 Juli 2025 - 18:00 WIB

Trending di Budaya