Menu

Mode Gelap
Masuki Musim Hujan, Polisi Imbau Pengendara Waspada Longsor di Piket Nol Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06 Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek Ratusan Fotografer Serbu Safari Prigen, Buru Momen Satwa Terbaik Portal Jalan Tambakrejo–Lumbang Ditata Ulang, Mobil Damkar Jadi Tolak Ukur Di Kota Probolinggo, Bayi Perempuan Ditemukan di Teras Rumah, Dilengkapi Surat Wasiat

Ekonomi · 20 Jan 2023 17:07 WIB

Meroket, Harga Jual Beras di Atas HET


					TURLAP: DKUPP sedang melakukan sidak harga di pasar Maron beberapa waktu lalu (foto: Ali Ya'lu). Perbesar

TURLAP: DKUPP sedang melakukan sidak harga di pasar Maron beberapa waktu lalu (foto: Ali Ya'lu).

Probolinggo – Siklus pertanian di sektor tanaman padi saat ini belum memasuki masa panen raya. Mayoritas petani yang saat ini sedang melakukan penanaman padi, berdampak pada penjualan beras di pasaran.

Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan, dan Perindustrian (DKUPP) Kabupaten Probolinggo mengungkap, berkurangnya stok gabah di tingkat petani menyebabkan harga beras medium meroket naik. Bahkan, saat ini hampir di semua pasar di Kabupaten Probolinggo harga beras medium dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

“HET untuk beras medium ini Rp9.500 per kilogramnya. Tapi saat ini ada yang jual Rp11.000-11.500,” kata Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan pada DKUPP setempat, Mahdinsareza, Jumat (20/1/2023).

Ia menjelaskan, faktor utama yang menyebabkan naiknya harga beras tersebut ialah siklus pertanian padi di tingkat petani saat ini. Dengan memasuki masa tanam, praktis hanya sedikit petani yang melakukan pemanenan.

Hal ini menyebabkan harga gabah naik yang kemudian diikuti dengan naiknya harga beras.
Pihaknya pun terus melakukan upaya untuk menurunkan harga beras tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan Sistem Resi Gudang (SRG) yang ada di Desa Alassumur Kulon Kecamatan Kraksaan.

Pada pertengahan Desember lalu, pihaknya masih menyimpan gabah sebanyak 1.000 ton dan beras 200 ton. Persediaan itu yang kemudian didistribusikannya ke sejumlah pasar untuk menekan harga.

“Sekarang di SRG sudah kosong, kami distribusikan semua karena memang harga beras cukup tinggi,” paparnya.

Dengan pendistribusian tersebut, terdapat sejumlah pasar yang harga berasnya mulai normal, namun masih ada juga harganya yang masih melebihi HET.

“Yang bisa kami jamin untuk saat ini adalah stok, untuk stok masih aman. Namun untuk harga memang masih tinggi,” ucap pria yang akrab disapa Reza tersebut. (*)

Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.

Artikel ini telah dibaca 17 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Trending di Ekonomi