Probolinggo – Siklus pertanian di sektor tanaman padi saat ini belum memasuki masa panen raya. Mayoritas petani yang saat ini sedang melakukan penanaman padi, berdampak pada penjualan beras di pasaran.
Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan, dan Perindustrian (DKUPP) Kabupaten Probolinggo mengungkap, berkurangnya stok gabah di tingkat petani menyebabkan harga beras medium meroket naik. Bahkan, saat ini hampir di semua pasar di Kabupaten Probolinggo harga beras medium dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
“HET untuk beras medium ini Rp9.500 per kilogramnya. Tapi saat ini ada yang jual Rp11.000-11.500,” kata Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan pada DKUPP setempat, Mahdinsareza, Jumat (20/1/2023).
Ia menjelaskan, faktor utama yang menyebabkan naiknya harga beras tersebut ialah siklus pertanian padi di tingkat petani saat ini. Dengan memasuki masa tanam, praktis hanya sedikit petani yang melakukan pemanenan.
Hal ini menyebabkan harga gabah naik yang kemudian diikuti dengan naiknya harga beras.
Pihaknya pun terus melakukan upaya untuk menurunkan harga beras tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan Sistem Resi Gudang (SRG) yang ada di Desa Alassumur Kulon Kecamatan Kraksaan.
Pada pertengahan Desember lalu, pihaknya masih menyimpan gabah sebanyak 1.000 ton dan beras 200 ton. Persediaan itu yang kemudian didistribusikannya ke sejumlah pasar untuk menekan harga.
“Sekarang di SRG sudah kosong, kami distribusikan semua karena memang harga beras cukup tinggi,” paparnya.
Dengan pendistribusian tersebut, terdapat sejumlah pasar yang harga berasnya mulai normal, namun masih ada juga harganya yang masih melebihi HET.
“Yang bisa kami jamin untuk saat ini adalah stok, untuk stok masih aman. Namun untuk harga memang masih tinggi,” ucap pria yang akrab disapa Reza tersebut. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.