Pasca Erupsi Semeru, Warga Ini Kehilangan Pekerjaan, Rumah, dan Ternak

Lumajang, – Kegiatan masyarakat di dua dusun, Kajarkuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro dan Curahkobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, awalnya berjalan normal pada Minggu (4/12/2022).

Sebagian berada di masjid melaksanakan salat Subuh, sedang para petani dalam perjalanan menuju ladangnya untuk bercocok tanam.

Namun, tiba-tiba ada suara gemuruh yang terdengar cukup kuat dari Gunung Semeru. Tak lama kemudian muncul sebuah abu vulkanik dari guguran lava Gunung Semeru. Warga pun panik dan berlarian ke area yang lebih aman untuk menyelamatkan diri.

Hal itu diungkapkan Ngadiyono yang merasa kaget bukan kepalang saat melihat Awan Panas Guguran (APG) membumbung tinggi di langit pada Minggu (4/12/2022) pagi itu. Sebab, sebelumnya ia belum pernah melihat kepulan awan panas dari Bumi Semeru Damai (BSD).

Ngadiyono sendiri asli warga Curahkobokan yang baru saja menempati hunian di BSD. Meski dirinya menempati rumah baru, ia mengaku, pikirannya langsung teringat kampung lamanya yang sudah hancur tepat setahun lalu.

Ngadiyono mengaku, cemas dan menyimpan kekhawatiran dengan hewan ternaknya yang masih tinggal di kampung lamanya. Hatinya semakin tidak menentu setelah mendapat kabar kalau kampung lamanya itu juga diterjang banjir lahar panas dari material erupsi Semeru.

Ngadiyono pun sehari-hari bolak balik dari tempat tinggal barunya di BSD ke Curahkobokan untuk bekerja di tambang pasir, selain mengurus hewan ternak. Saat hujan deras turun mengguyur BSD, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa untuk keselamatan ternaknya. Sekitar tiga jam hatinya gelisah.

Begitu hujan mulai mereda, Ngadiyono pun langsung bergegas melihat kondisi ternaknya di kampung lamanya itu. Ia berangkat bersama adik dan beberapa warga lain.

Kondisi perjalanan pun sudah dinyatakan tidak aman. Ia dicegah oleh petugas yang berjaga di perbatasan Dusun Kamarkajang dan Kajarkuning.

Baca Juga  Kontruksi Lapuk, Balai Desa Sukomulyo Ambruk

Kata Petugas BPBD kondisi Kajarkuning dan Curahkobokan tidak aman, kondisinya udah habis diterjang lava panas.

“Sempat dicegah sama yang jaga, katanya di atas kampung sudah parah,” katanya Selasa (6/12/2022).

Lalu, Ngadiyono tetap nekat untuk memasuki wilayah zona merah itu dengan alasan menyelamatkan hewan ternaknya.

“Ya saya izin, bilang buat ngecek dan menyelamatkan ternak,” ujarnya.

Ngadiyono mendampingi adiknya berhasil sampai di rumah lama milik adiknya di Kajarkuning. Saat itu melihat kondisi Dusun Kajarkuning, terutama di Jembatan Kali Lanang sudah tertutup material erupsi.

Bau belerang yang menyengat ditambah tanah yang masih berasap panas terlihat dari kejauhan. Namun, kondisi ini tidak membuat Ngadiyono pasrah.

Ngadiyono pun harus menelan rasa kecewanya sesampai di rumah tinggal lamanya. Sebagian bangunan sudah tertutup material erupsi termasuk kandang kambing miliknya.

“Pas sampai di rumah, kondisinya sudah tertutup lumpur panas. Ya mau gimana lagi saya ikhlaskan saja,” ujarnya.

Ngadiyono mengaku, balik arah sambil berjalan lemas meratapi nasib rumah dan tiga ternaknya yang sudah tak bisa diselamatkan lagi. Ia kembali ke tempat hunian dengan penuh harap mempunyai pekerjaan baru yang dapat menopang hidupnya.

Ngadiyono kembali menjadi korban erupsi Gunung Semeru. Ia telah sekuat upaya untuk bangkit, tetapi bencana itu kembali datang memberinya ujian.

Ngadiyono berharap, pemerintah dapat memberikan alternatif pekerjaan guna menyambung hidup. Apalagi lokasi tambang, yang menjadi mata pencahariannya saat ini yang tertutup abu vulkanik. Nasib, Kajarkuning dan Curahkobokan kini seperti Kampung Renteng di Desa Sumberwuluh yang tertelan lava panas. (*)

Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.

Baca Juga

Hendak Menyeberang Jalan, Warga Besuk Tertabrak Trail di Jalur Paiton

Probolinggo,- Kecelakaan maut terjadi di jalur Pantura Paiton, tepatnya di jalan raya Desa Pondokkelor. Peristiwa …