Menu

Mode Gelap
Pesawat Latih Jatuh di Bogor, Tewaskan Eks Kadispen TNI AU Toyota Fortuner Terjun ke Sungai di Jalur Wisata Bromo, 2 Orang Luka-luka Masuki Musim Hujan, Polisi Imbau Pengendara Waspada Longsor di Piket Nol Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06 Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek Ratusan Fotografer Serbu Safari Prigen, Buru Momen Satwa Terbaik

Ekonomi · 4 Jul 2022 16:58 WIB

Terimbas PMK, Omset Pedagang Daging dan Selep Daging Anjlok


					Terimbas PMK, Omset Pedagang Daging dan Selep Daging Anjlok Perbesar

Probolinggo – Mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) berimbas pada pembelian daging sapi di pasar. Beberapa penjual daging sapi di Pasar Dringu, Kabupaten Probolinggo mengaku, sejak mewabahnya PMK tingkat penjualan daging sapi menurun.

Salah satu penjual daging sapi, Erna mengaku, sejak mulai mewabahnya PMK, tingkat pembelian konsumen terhadap daging sapi mulai terlihat menurun. Sebelum PMK merebak, ia mampu menjual 40- 60 kilogram (kg) daging sapi per hari. Sekarang ia hanya bisa menjual 5 -10 kg.

“Terpengaruh sekali dengan wabah PMK ini, di mana banyak konsumen yang takut membeli daging sapi. Dan saat ini hanya pelanggan tetap saja yang membeli daging sapi, itu pun jumlahnya tidak banyak,” ujarnya, Senin (4/7/2022).

Erna menambahkan, biasanya pelanggan membeli 5 kg, namun. Saat PMK mewabah, pembelian pelanggan ini berkurang hanya 0,5 kg-1 kg daging. Selain itu, rata-rata pelanggan yang membeli daging sapinya yakni penjual bakso dan penjual cilot, di mana dagangan mereka juga terdampak.

“Meskipun harga daging saat ini mencapai Rp95 ribu per kilo, biasanya pukul 09.00, daging sapi dagangan saya habis. Namun hingga pukul 10.00, daging sapinya masih banyak. Hal tersebut tak lain karena pelanggan takut penyakit PMK itu menular ke manusia sehingga pembeli takut,” imbuhnya.

Selain pedagang daging sapi, adanya PMK ini berdampak kepada pengusaha selep daging di Pasar Dringu. Sugiaharto, pemilik selep daging mengaku, biasanya dalam sehari ia mampu menyelep daging sebanyak 1 kuintal daging. Namun sejak PMK ini, rata-rata per hari ia hanya bisa menyelep 50 kg daging sapi.

“Dengan penurunan jumlah daging yang saya selep, jika dirata-rata, omzet selep daging milik saya juga turun dari 80% menjadi 30%, tiap harinya. Hal ini tak lepas dari masyarakat yang takut akan PMK,” ujarnya. (*)

Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.

Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Trending di Ekonomi