Menu

Mode Gelap
Gudang Produksi Mebel di Pasuruan Terbakar, Penyebab Belum Diketahui Karnaval Berujung Maut, Bupati Lumajang Akan Evaluasi Sound Horeg Viral! Video Detik-Detik Warga Lumajang Tersungkur Saat Karnaval Sound Horeg Marsda Anumerta Fajar Adriyanto Dimakamkan di Probolinggo KPK Mulai Gerah! Bakal Jemput Paksa 21 Tersangka Korupsi Dana Hibah Jatim Pesawat Latih Jatuh di Bogor, Tewaskan Eks Kadispen TNI AU

Ekonomi · 11 Apr 2022 19:52 WIB

Minyak Goreng Curah Langka di Kraksaan, Usaha Gorengan Sempat Kolaps


					Minyak Goreng Curah Langka di Kraksaan, Usaha Gorengan Sempat Kolaps Perbesar

Kraksaan,- Pedagang gorengan di Kota Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, mengeluh lantaran minyak goreng curah langka dan mahal. Akibatnya banyak pedagang yang berhenti berjualan lantaran penghasilan dan pengeluaran tidak sebanding.

Seperti yang diceritakan Fendi, warga Dusun Klojen, Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Pedagang tahu walik ini menyebut, minyak goreng curah saat ini sulit didapat.

Padahal dagangannya mengandalkan minyak goreng jenis ini untuk produksi. Ia sempat tidak berjualan selama 3 hari karena tidak mendapatkan minyak goreng sama sekali.

“Selama tiga hari saya tidak berjualan, cari minyak goreng susah. Di toko langganan saya kosong minyak gorengnya, di toko lain juga kosong,” kata Fendi, Senin (11/4/22).

Dengan kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng curah, imbuh Fendi, penghasilan yang ia dapat pun tidak sepadan dengan biaya produksi yang dihabiskan setiap harinya. Sementara jika menggunakan minyak goreng kemasan, harganya jauh lebih mahal.

“Setiap hari saya butuh sedikitnya lima liter minyak goreng, lain lagi untuk beli tahu sama dagingnya. Saya berdagang capek, hasilnya kemakan buat beli minyak lagi,” curhatnya.

Hal senada disampaikan Sofiatun, warga Desa Sumberlele, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Ia mengeluh lantaran minyak goreng curah langka, sementara harga minyak goreng kemasan per liternya mencapai Rp 25.000 ribu.

Dilain sisi, papar Sofiatun, harga tahu ikut naik dari harga awal Rp 400.000 ribu per boks kini menjadi Rp 400.320. Tentu saja, kondisi ini menyulitkan usahanya, bahkan jualannya sempat kolaps selama 5 hari.

“Gara-gara mau beli minyak uangnya tidak ada, tahu saya sampai rusak (basi) karena mau digoreng tetapi tidak ada minyaknya. Sekarang ini saya hutang buat beli minyak, karena kalau saya tidak jualan, ya tidak bisa menghidupi keluarga saya,” tuturnya. (*) 

Editor: Efendi Muhammad

Publisher: A. Zainullah FT

Artikel ini telah dibaca 17 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Trending di Ekonomi