Menu

Mode Gelap
Disidak Bupati Lumajang Terkait Dugaan Penahanan Ijazah, Kuasa Hukum PT WDX Akan Klarifikasi Turunkan Angka Stunting, Pemkab Jember Cegah Pernikahan Dini Coba Curi Motor di Pasar Maron, Lansia Diamuk Massa Disorot soal Ketimpangan Wilayah, Bupati Pasuruan: Tidak Ada Pasuruan Barat dan Timur Pariwisata Tumpak Sewu Terancam Stagnan, Homestay dan Atraksi Pendamping Tak Terkoordinasi Ketidaksepemahaman BUMDes dan Pengelola Tumpak Sewu Ancaman Serius bagi Ekonomi Lokal

Lingkungan · 4 Nov 2021 22:12 WIB

Rawan Gempa Megathrust, BMKG Petakan Wilayah Pesisir Laut Lumajang


					Rawan Gempa Megathrust, BMKG Petakan Wilayah Pesisir Laut Lumajang Perbesar

LUMAJANG,- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pasuruan melakukan pemetaan kawasan pesisir pantai selatan di Kabupaten Lumajang. Pemetaan ini untuk menindaklanjuti ancaman gempa bumi megathrust di kawasan tersebut.

Diketahui, pemetaan itu dilakukan di sepanjang pesisir pantai selatan, mulai dari wilayah Kecamatan Tempeh, Pasirian, Tempeh, hingga Yosowilangun, Kamis (4/11).

Pemetaan itu dilakukan untuk mengetahui jalur evakuasi, titik kumpul, hingga titik pengungsian jika sewaktu-sewaktu pantai-pantai di Kabupaten Lumajang diterjang gelombang tinggi tsunami.

Hasil dari mitigasi ini, disimpulkan bahwa bLumajang adalah wilayah yang rawan terjadi gempa bumi. Kemungkinan terburuk yakni ancaman gempa bumi bermagnitudo 8,7 hingga mengakibatkan tsunami dengan tinggi gelombang mencapai 22 meter.

“Salah satu faktor penyebabnya karena Lumajang memiliki bentangan pantainya cukup panjang, yakni 70 kilometer di pesisir pantai selatan,” kata Akhmad Fauzi, Pengamat Meteorologi dan Geofisika Pasuruan ketika ditemui di Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang.

Meski Lumajang berada dalam ancaman potensi gempa bumi dan tsunami megathrust ini, masyarakat yang tinggal di tepai pantai dihimbau untuk tetap tenang dan waspada.

Sementara dengan resiko besar, beberapa bulan yang lalu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang mulai memasang papan-papan peringatan kawasan rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Termasuk juga, rambu-rambu jalur evakusi dan titik pengungsian.

Selain itu, Petugas BPBD juga telah membentuk desa tangguh bencana atau destana berbasis masyarakat.

Kelompok ini diharapkan mampu menjadi ujung tombak dalam penanganan bencana alam. Sehingga ketika bencana terjadi korban jiwa dan materi dapat diminimalisir.

“Gempa megathrust itu memang masih menjadi ancaman ya. Sementara kami sudah melatih masyarakat dengan simulasi darurat 20-20-20. Pengertiannya jika terjadi gempa lebih dari 20 detik segera lari cari mencari ketinggian 20 meter yang mana harus cepat karena hanya memiliki waktu 20 menit,” pungkasnya. (*)


Editor: Efendi Muhammad
Publisher; Albafillah

Artikel ini telah dibaca 7 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Pasca Yadnya Kasada, Polres Probolinggo Kerahkan Personel Bersih-bersih Bromo

14 Juni 2025 - 20:35 WIB

Lahan Pertanian di Lereng Bromo Jarang Tersentuh Pupuk Subsidi, Pemkab Probolinggo Cari Solusi

13 Juni 2025 - 19:16 WIB

Pasca Yadnya Kasada, Satu Ton Sampah Berserakan di Kawasan Bromo

12 Juni 2025 - 16:20 WIB

Gunung Raung Erupsi, Kolom Abu Setinggi 750 Meter

11 Juni 2025 - 16:19 WIB

Inovasi Desa Purworejo Lumajang Ubah Sampah Organik Jadi Makanan Magot Bernilai Ekonomis Tinggi

28 Mei 2025 - 15:59 WIB

Dinilai Rusak Lingkungan, DPRD Jember Desak Operasional Perusahaan Tambak Dihentikan

27 Mei 2025 - 18:07 WIB

Cuaca Ekstrem Hambat Perbaikan Tanggul Kebondeli, Pemerintah Prioritaskan Keselamatan Warga

25 Mei 2025 - 18:47 WIB

DPRD Sebut Ancaman Kerusakan Makin Parah, PT Kalijeruk di Lumajang Terbukti Langgar Administrasi

25 Mei 2025 - 09:15 WIB

Alih Fungsi Lahan 1.200 Hektar di Lumajang Ancam Banjir dan Krisis Air Bersih

23 Mei 2025 - 20:41 WIB

Trending di Lingkungan