Menu

Mode Gelap
Aksi Pengeroyokan di Gondangwetan, Korban Luka, Pelaku Terjatuh Kecelakaan Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli Polres Probolinggo Gagalkan Peredaran Sabu dan Ratusan Ribu Pil Okerbaya Kemasan Vitamin Ternak Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September Luka Parah Akibat Ledakan Bondet, Maling Motor di Grati Pasuruan Akhirnya Tewas

Ekonomi · 17 Sep 2021 18:26 WIB

Kerap Hujan, APTI Probolinggo: Risiko Rusak Tembakau


					Kerap Hujan, APTI Probolinggo: Risiko Rusak Tembakau Perbesar

PROBOLINGGO,- Dalam beberapa terakhir hujan sering mengguyur wilayah Kabupaten Probolinggo. Akibatnya, sebagian tanaman tembakau milik petani di beberapa kecamatan mengalami kerusakan.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo, Mudzakkir mengatakan, hujan memang bisa mengakibatkan kerusakan terhadap tanaman tembakau. Terlebih jika hujan yang terjadi intensitasnya cukup tinggi.

“Hujan itu kan bisa mengakibatkan tanahnya basah. Kalau basahnya ini lamanya sampai 12 jam saja, 20 persen dari akar tembakau itu rusak atau busuk, bayangkan jika tanah yang ditanami tembakau basahnya sampai 24 jam,” kata Mudzakkir, Jumat (17/9/2021).

Hal itu, menurut Mudzakkir, bisa saja bertambah parah jika hujan yang terjadi durasinya cukup lama. Kerusakan bisa menyebabkan tanaman tembakau tidak berkembang lagi, termasuk tidak akan membuat daun tembakau lebar seperti biasanya.

“Kalau tanahnya basah sampai 24 jam, kerusakan akarnya sudah 35 persen. Lebih dari itu, keruakannya bisa semakin parah, tanamannya tidak akan berkembang dan tidak hanya daunnya yang layu, dahannya juga tidak bisa tinggi, bahkan bisa mati,” ujarnya.

Kondisi ini, lanjut Mudzakkir, memang risiko yang harus siap dihadapi petani tembakau. Sebab, hingga saat ini masih belum ada badan penelitian yang datpat memastikan kapan akan terjadi hujan. Bisanya, hanya bisa diprediksi.

“Ini faktor alam, bukan salah siapa-siapa. BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Red.) sekalipun prediksinya hanya bisa seminggu, tidak bisa memprediksi berbulan-bulan. Dan ini hanya prediksi, bukan kepastian,” tutur pria asal Kecamatan Krejengan ini. (*)

Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : Albafillah

Artikel ini telah dibaca 21 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli

17 September 2025 - 20:39 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Petani Tebu Lumajang Akhirnya Sumringah, Tumpukan Gula di Gudang Terjual Rp.79,7 Miliar

5 September 2025 - 19:13 WIB

Impor Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Konsumsi, Gula Petani Lokal Tak Terserap

4 September 2025 - 10:59 WIB

Kebanjiran Order, Persewaan Baju Karnaval di Pasuruan Raup Puluhan Juta

24 Agustus 2025 - 17:18 WIB

Trending di Ekonomi