Menu

Mode Gelap
Waspada! Pasien Sakit Musiman di Jember Melonjak Gara-gara Anomali Cuaca Bocah di Paiton Curhat di Tik-tok, Ngaku jadi Korban Pencabulan Polres Pasuruan Ungkap Jaringan Narkoba, Bandar hingga Kurir Dibekuk Dinkes Lumajang Edukasi Bahaya Sound Horeg, Bukan Sekadar Berisik, Bisa Mematikan BPN Lumajang: Kami Punya Dasar Yuridis dan Fisik yang Kuat Cegah Peredaran Bendera One Piece, Polisi di Kota Probolinggo Bagikan Bendera Merah Putih ke Pengguna Jalan

Ekonomi · 31 Mei 2021 20:45 WIB

Harga Kedelai Naik, Pedagang Perkecil Ukuran Tempe


					Harga Kedelai Naik, Pedagang Perkecil Ukuran Tempe Perbesar

WONOASIH,- Harga kedelai di pasaran Kota Probolinggo menyentuh angka Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram (Kg). Tentu saja, harga jual kedelai yang meroket membuat produsen tempe dan tahu menjerit.

Salah satu produsen tempe Muktar Ali (22) mengatakan, ia terpaksa memutar otak menyikapi lonjakan harga kedelai. Bagaimanapun, ia harus tetap menjual tempe kepada pelanggan setianya tanpa harus menaikkan harga jual.

“Saya menyiasatinya dengan cara merubah ukuran tempe menjadi lebih kecil. Kalau menaikkan harga, ya tidak mungkin. Kasihan pembelinya,” kata pemuda asal Gang 3, Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih ini.

Sejak naiknya harga kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan tempe, Muktar Ali, pembuat Tempe, yang saat ini menempuh kuliah di universitas Panca Marga ini harus menyiasati produksi tempe. Diantaranya yakni merubah ukuran tempe yang di jual.

Muktar mengaku bahwa telah 4 kali merubah ukuran tempe produksinya sejak bahan baku tempe naik. Yakni ukuran 22 x 50 cm, kemudian 21 x 50 cm, 20 x 50 cm, dan yang saat ia gunakan saat adalah 19 x 50 cm.

“Perubahan ukuran tempe yang saya produksi ini tak lepas dari naiknya harga tempe yang awalnya Rp7 ribu/Kg hingga saat ini hampir menyentuh harga 12 ribu perkilo”, ujarnya.

Meski merubah ukuran, namun menurutnya, tidak ada komplain dari pembeli. Hanya saja omset penjualan turun drastis hingga 50 persen lantaran ia juga mengurangi produksi seiring mahalnya bahan baku kedelai.

“Meski omset menurun, namun masih ada saja pelanggan maupun pembeli tempe yang beli. Mulai dari kalangan pesantren, pedagang tradisional , hingga distributor tempe di Kota Probolinggo dan Lumajang,” ujarnya.

Ia berharap, harga kedelai kembali normal agar para produsen tempe tidak kian kesusahan. “Saya berharap pemerintah. Mengambil kebijakan dengan mendorong petani menanam kedelai secara nasional, agat dapat mengimbangi kebutuhan kedelai nasional,” asanya.(*)

 

Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Albafillah

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kekeringan, Petani Tunjungrejo Lumajang Terancam Gagal Panen

5 Agustus 2025 - 10:59 WIB

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Trending di Ekonomi