Menu

Mode Gelap
Hari Pertama Sekolah Rakyat di Kota Probolinggo, Siswa Ikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah Perahu Rombongan Pemancing Terbalik di Perairan Lekok Pasuruan, Dua Orang Tewas, Tiga Masih Hilang Marak Begal, Curanwan, dan Curanmor: Gus Darwis: NU Lumajang Siap Turun ke Gelanggang Soal Sound Horeg, PCNU Lumajang Mengacu pada Keputusan Ulama Tidak Ada yang Dirumahkan, Bupati Lumajang Tegaskan Komitmen untuk Honorer R4 Ditinggal Pergi, Rumah Kepala Dusun di Lumajang Terbakar Habis

Berita Pantura · 19 Okt 2020 13:38 WIB

Minyak Jelantah, Tak Layak Konsumsi Tapi Masih Berguna


					Minyak Jelantah, Tak Layak Konsumsi Tapi Masih Berguna Perbesar

KANIGARAN-PANTURA7.com, Mesti tidak layak dikonsumsi, limbah minyak goreng (jelantah) masih bisa dimanfaatkan. Minyak jelantah masih bisa diolah menjadi biodiesel untuk bahan bakar kendaraan.

Melalui gerakan hidup sehat, Komunitas Kritis Indonesia (KKI) Cabang Kota Probolinggo pun mengedukasi dan menyadarkan masyarakat terkait minyak jelantah. Yakni melalui gerakan hidup sehat (Go Health) dan hidup bersih (Go Green) melalui Program Pemberdayaan Lingkungan Kampung bersih.

Gerakan sedekah minyak jelantah ini diinisiasi KKI dengan cara menukarkan minyak jelantah dengan kompensasi Rp2.500/liter.

“Kami lakukan ini sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, terutama bagi kesehatan masyarakat untuk tidak menjual belikan minyak jelantah secara sembarangan,” ungkap Ketua KKI Kota Probolinggo, Bhuda Utami, Senin (19/10/2020).

Perempuan yang tinggal di Perumahan Firdaus, Kelurahan/Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo ini menyayangkan, minyak jelantah masih banyak dijual bebas oleh warga kepada para pengepul yang tidak bertanggungjawab. Menurutnya bila hal itu terus dilakukan, maka akan mengkhawatirkan dan merusak kesehatan.

Terima Sedekah Minyak Jelantah merupakan sebuah gerakan untuk mengedukasi masyarakat untuk hidup sehat, hidup bersih dan hidup berkah. Berupa gerakan tidak menggunakan minyak goreng terus-menerus, tidak membuang minyak jelantah di sembarang tempat. Akan tetapi minyak jelantah tersebut dikumpulkan, ditampung, dan dibuang ditong atau jeriken/galon yang telah disediakan.

“Menurut kesehatan, minyak jelantah sangat berbahaya bila dikonsumsi, bisa menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit, apalagi kondisi sekarang di tengah Pandemi Covid-19,” terang Utami. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Rizal Wahyudi


Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Sopir Bus Keluhkan Macet Parah di Klakah, Waktu Tempuh Bertambah Satu Jam Lebih

7 Juli 2025 - 18:45 WIB

Kedapatan Mencuri di Bus, Pria Asal Jember Diamankan Penumpang Bus di Pasuruan

23 Maret 2025 - 22:10 WIB

Tanaman Ganja Dilarang tapi Tumbuh Subur di Lumajang

23 Maret 2025 - 17:05 WIB

Penemuan Ribuan Koin Kuno di Pasuruan Segera Diteliti

28 Januari 2025 - 16:44 WIB

Target PAD Lumajang Melalui Pajak Sebesar Rp170 Miliar

3 Januari 2025 - 11:03 WIB

Pendapatan PBB-P2 Belum Maksimal, BPRD Lumajang Akan Grebeg Desa yang Capaiannya Rendah

2 Januari 2025 - 16:13 WIB

Antisipasi Lonjakan Penumpang saat Nataru, KAI Daop 9 Jember Operasikan Satu KA Tambahan

25 Desember 2024 - 13:27 WIB

Balos Tampilkan Karakteristik Batik Khas Lumajang

22 Desember 2024 - 15:50 WIB

Diguyur Hujan Deras, Gelora Merdeka Kraksaan Banjir

16 Desember 2024 - 18:19 WIB

Trending di Berita Pantura