Menu

Mode Gelap
Warga Beji Tewas Mendadak di Depan Rutan Bangil Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta Didampingi Gus Haris, Gubernur Khofifah resmikan SMKN Sukapura di Probolinggo Pelaku Tabrak Lari Pelajar SMK di Pasuruan Ditangkap, Mengaku Takut Dimassa Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji

Berita Pantura · 3 Nov 2019 10:33 WIB

Pengiriman Solar Terlambat, Nelayan Probolinggo Kebingungan


					Pengiriman Solar Terlambat, Nelayan Probolinggo Kebingungan Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Sejumlah nelayan di Kota Probolinggo mengaku resah terkait pasojan solar subsidi sebagai bahan bakar utama kapalnya. Bukan minimnya stok, namun keterlambatan pengiriman menjadi penyebab utama.

Hal itu terpantau PANTURA7.com pada Minggu (3/11) siang. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) yang bera area Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan (PPPM) mengalami kekosongan solar. 

Alhasil, sebagai alternatif nelayan pun harus menggunakan SPBU dengan menggunakan jeriken. Kondisi ini tentu menghambat mereka karena pengisian menggunakan jerijen terbatas.

Pengurus SPBUN PT Bintang Samudra Mayangan, Khoirul Anam mengatakan, saat ini stok solar di tempatnya untuk para nelayan tengah kosong. Pasalnya pengiriman dari Pertamina mengalami keterlambatan.

“Sejak Kamis lalu kami order solar subsidi namun hingga Minggu ini tak kunjung datang. Setelah kami konfirmasi memang banyak hal teknis,” ujar Khoirul saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan.

Biasanya ia pesan 16 ribu liter yang bisa datang selama dua kali dalam seminggu. Solar subsidi tersebut diperuntukkan kapal nelayan dengan bobot 30 GT ke bawah dengan jenis kapal purse seine.

Sesuai surat rekomendasi pembelian minyak solar oleh UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim, hanya kapal purse seine saja yang boleh ambil di SPBUN. 

Sementara untuk kapal lain di atas 30 GT atau kapal cantrang tidak diperbolehkan. Setiap kapal dengan daya mesin 90 PK untuk 8 hari biasanya beli sebanyak 2.851 liter.

Per liternya, mereka bisa membeli dengan harga Rp5.150. Dalam sebulan kapal bisa empat kali pembelian di SPBUN.

“Karena jenis kapal purse seine ini tidak begitu banyak sehingga yang punya surat rekomendasi itu saja yang bisa beli,” tambahnya.

Salah satu nelayan, Didik Hariyanto akhirnya terpaksa harus membeli solar di SPBU. Namun ia harus rela dengan membeli dalam jumlah dibatasi.

“Minimal kan dua jeriken kalau beli, mau tidak mau ya keliling. Harapannya solar khusus nelayan ini segera ada biar tidak kebingungan,” ujar pria asal Mayangan ini.(*)


Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Rizal Wahyudi


Artikel ini telah dibaca 23 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta

3 Mei 2025 - 18:48 WIB

Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji

3 Mei 2025 - 09:49 WIB

Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei

2 Mei 2025 - 22:20 WIB

Singa Betina TWSL Kota Probolinggo Bunting, Kandang Mulai Disterilkan

2 Mei 2025 - 18:33 WIB

Kuota Haji Lumajang 2025 Menurun

1 Mei 2025 - 17:10 WIB

Mengenal Mini Boat Racing, Lomba Perahu Mini Khas Desa Banjarsari Probolinggo

28 April 2025 - 20:59 WIB

Mengenal Lebih Dekat Sejarah Kereta Api di Lumajang, dari Masa Kolonial hingga Sekarang

26 April 2025 - 18:23 WIB

Jalur Kereta Api di Lumajang Masa Kolonial, Tingkatkan Produksi dan Distribusi Komoditas Ekspor

20 April 2025 - 14:04 WIB

Mengenal Sejarah Transportasi Kereta Api di Lumajang pada Masa Kolonial Belanda

19 April 2025 - 12:52 WIB

Trending di Regional