Melihat Potret Pemukiman Kumuh di Kota Probolinggo

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Bantaran sungai selalu identik dengan pemukiman kumuh. Kondisi itu rupanya juga ada di bantaran Sungai Banger yang berada di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.

Pantauan PANTURA7.com pada Senin (24/6/2019) pagi, kekumuhan itu nampak terlihat. Namun bagi warga sekitar hal itu sudah menjadi biasa, pasalnya sudah bertahun-tahun kondisi itu terjadi.

Tak hanya sungai yang debit airnya menipis, jamban sementara yang ada membuat limbahnya langsung dibuang di sungai. Kondisi itu diperparah dengan adanya sampah tak hanya plastik bahkan ada pembalut dan popok bayi.

Warga RT 3 RW 14 Hj. Nurjannah mengatakan, kondisi tersebut sudah terjadi sejak lama. Bahkan ketika ia masih beranjak dewasa hingga saat ini.

“Sudah lama seperti itu, ada jamban yang langsung dibuang ke sungai. Soalnya masih ada warga yang tidak punya jamban sendiri,” ucapnya.

Seorang warga tengah membersihkan sampah yang mengambang di Sungai Banger. (Foto : Rahmad Soleh).

Lanjutnya, pemerintah sebelumnya sudah pernah membuat jamban umum di sisi selatan. Namun setelah itu warga masih kurang merawatnya.

“Ya dulu sudah ada juga tapi ya kurang dirawat. Kalau misalkan jamban sementara itu rusak warga yang gak punya jamban susah nantinya,” tandasnya.

Hal senada disampaikan Umi Kulsum (34). Ibu rumah tangga ini mengaku, sampah-sampah di sungai merupakan kiriman dari arah selatan. Tak hanya menimbulkan bau tak sedap, juga merusak pemandangan.

“Itu dari selatan sampahnya yang mengalir. Kalau warga sini ada tempat sampahnya yang tiap hari diambil,” tegasnya.

Sementara Ketua RT setempat Abdullah (47) mengakui jika warga di sekitar Sungai Banger masih belum banyak yang sadar akan kebersihan lingkungan. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab kumuhnya pemukiman.

“Meski sudah disarankan untuk tidak membuang sampah di sungai mereka justru tidak mau menerimanya. Itu sudah bolak- balik diperingatkan,” ujarnya.

Baca Juga  Pulang Dari Papua, Warga Trauma

Melihat kondisi itu, Abdullah berharap, agar pemerintah bisa turun tangan mencari solusi terbaik untuk lingkungan di daerahnya.

“Baik yang berkaitan pola penyadaran masyarakat soal pentingnya lingkungan termasuk budaya tidak berjamban di sungai,” jelasnya saat ditemui awak media di rumahnya. (*)

 

Penulis : Rahmad Soleh
Editor : Ikhsan Mahmudi

Baca Juga

Maaf! Tidak Ada WFH di Pemkot Probolinggo, ASN Wajib Ngantor

Probolinggo,- Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo memutuskan untuk tidak menerapkan kebijakan Work From Home (WFH). Seluruh …