Menu

Mode Gelap
Tunggakan Sewa Plasa Bangil Capai Rp22 Miliar, DPRD Desak Pemkab Ambil Langkah Tegas Renovasi Sekolah Rakyat Kabupaten Pasuruan Sudah 50 Persen, Siap Digunakan Saat Tahun Pelajaran Dimulai Pemkab Lumajang Kaji Kebijakan Kerja Fleksibel ASN, Fokus Jaga Kualitas Pelayanan Masyarakat Dua Warga Pasuruan Ditangkap, Edarkan Sabu demi Cuan dan Bisa Nyabu Gratis Sesuai Target, Cabor PODSI Kota Probolinggo Borong 5 Medali di Porprov Jatim 2025 Top! Tiga 3 Atlet Panjat Tebing Kota Probolinggo Sabet 3 Medali Kejurnas Kelompok Umur

Ekonomi · 6 Apr 2019 03:32 WIB

Lagi, Kota Probolinggo Alami Deflasi


					Lagi, Kota Probolinggo Alami Deflasi Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Kota Probolinggo mengawali kwartal kedua tahun 2019 dengan beban deflasi. Sebab, pada bulan Maret, kota yang dipimpin Walikota Hadi Zainal Abidin itu mengalami deflasi sebesar 0,12 persen.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo untuk Maret 2019, deflasi terjadi pada 2 kelompok. Pertama kelompok bahan makanan, meliputi harga beras, daging ayam ras, telur ayam ras. Deflasi kedua dialami kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

“Dua kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi ini disumbang dari komoditas dengan share inflasi yang besar,” kata Moch Machsus, Kasie Statistik dan Distribusi, BPS Kota Probolinggo, Sabtu (6/4/2019).

Selain deflasi, Kota Probolinggo juga alami inflasi. Kelompok inflasi ini meliputi makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok sandang; kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga.

Machsus mencontohkan deflasi yang terjadi pada gabah. Menurutnya, panen raya gabah terjadi dua kali dalam setahun, yakni bulan Februari-Maret dan Juni-Juli. Namun, gabah yang dihasilkan dalam dua periode ini berbeda.

“Penurunan harga beras karena sekarang sudah masuk musim panen. Jadi, otomatis harga gabah juga turun. Dengan harga gabah yang turun, maka harga beras juga turun,” papar dia.

Saat ini, lanjut Machsus, penurunan harga beras berkisar antara Rp 200 hingga Rp 400 per kilogram. Sementara penurunan tarif listrik berlaku secara umum, bukan per golongan. “Dulu biasanya Rp 50 ribu dapat 32,5 per Kwh, sekarang Rp 50 ribu dapat 35 per Kwh,” tandas dia.

Diketahui, deflasi merupakan suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Sebaliknya, Inflasi adalah periode dimana harga-harga secara umum naik yang dibarengi pertambahan nilai uang. (*)

 

Penulis : Mohamad Rochim
Editor : Efendi Muhammad

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tunggakan Sewa Plasa Bangil Capai Rp22 Miliar, DPRD Desak Pemkab Ambil Langkah Tegas

23 Juni 2025 - 18:01 WIB

Pemkab Lumajang Kaji Kebijakan Kerja Fleksibel ASN, Fokus Jaga Kualitas Pelayanan Masyarakat

23 Juni 2025 - 17:19 WIB

ASN Lumajang Menanti Arahan Implementasi Work From Anywhere, Ini Kata Mereka

23 Juni 2025 - 13:00 WIB

Gus Haris – Ra Fahmi Ngantor di Kecamatan Pakuniran, Blusukan ke Daerah ini

23 Juni 2025 - 12:19 WIB

Pusat Kreativitas Anak Muda Segera Hadir di Kabupaten Pasuruan

22 Juni 2025 - 18:24 WIB

Pemprov Jatim Gelontorkan Anggaran Rp 9 Miliar Bangun Bronjong di Probolinggo

22 Juni 2025 - 17:54 WIB

DPRD Desak Dinas Pariwisata Lumajang Segera Intervensi dan Perbaiki Manajemen Air Terjun Tumpak Sewu

22 Juni 2025 - 09:20 WIB

Bupati Lumajang Kritik Selokambang Tetap Kotor

20 Juni 2025 - 13:01 WIB

Penahanan Ijazah Karyawan Jadi SOP di Koperasi Lumajang, Bupati Indah Minta Segera Dikembalikan

20 Juni 2025 - 10:52 WIB

Trending di Pemerintahan