Menu

Mode Gelap
Pengemudi Mengantuk, Pajero Terbalik di Tol Gempol-Pasuruan Lomba Dayung di Pesisir Kota Pasuruan Diharapkan Tarik Wisatawan Suami Istri di Pasuruan Diringkus Polisi karena Edarkan Sabu Sat-set! Warga Kropak Probolinggo Curi Ponsel Sopir yang Tertidur di Pinggir Jalan Polemik Sound Horeg, Kiai di Jember Siap Jalankan Fatwa MUI namun Tunggu Instruksi Gubernur Keras dan Berfrekuensi Tinggi, Pakar Fisika Ingatkan Sound Horeg Punya Dampak Fisik Serius

Berita Pantura · 9 Mar 2019 15:02 WIB

PKL Mengeluh Jualan di Alun-alun Harus Bayar Mahal


					PKL Mengeluh Jualan di Alun-alun Harus Bayar Mahal Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Kemeriahan Festival Pendalungan dan Pasar Rakyat Muslimat NU di Alun-alun Kota Probolinggo tidak dirasakan sepenuhnya oleh Pedagang Kaki Lima (PKL). Sebaliknya, mereka berduram durja karena biaya sewa stand yang dipatok oleh Event Organizer (EO) dianggap terlalu mahal.

Hal ini diakui oleh Muhamad Ikhsan (50), seorang PKL asal Jombang yang menempati tenda sisi timur selatan panggung utama. Ia yang berjualan aneka kerajinan kulit mengaku harua membayar Rp. 1,5 juta kepada pihak EO.

Sejatinya, kata ikhsan, ia tidak keberatan karena stand-nya dilengkapi dengan tenda dan sambungan listrik. Tenda yang ia tempati awalnya ditempati EO yang lantas disewakan. Namun ia hawatir jika tak omset yang didapat tak sebanding dengan biaya sewa.

“Sempat was-was karena sering hujan, khawatir mengurangi omset yang bisa-bisa gak untung. Tapi kalau wakti pelaksanaan ditambah, omset juga bisa bertambah,” jelas Ikhsan.

Suasana stand PKL di Alun-alun Kota Probolinggo. (Foto : Rahmad Soleh)

Hal senada disampaikan oleh PKL penjual aksesoris Nada Ruisma. Perempuan asal Madiun tersebut menuturkan bahwa ia telah membayar Rp 1,5 juta untuk sewa stand. Namun hingga kini, hasil jualan belum menutupi biaya sewa stand.

“Masih sepi mas, mudah-mudahan dengan ditambahnya waktu sampai penutupan nanti, pengunjung ramai dan pendapatan meningkat,” keluh Nada.

Stand PKL lokal pun nasibnya sama-sama tak mengenakkan. Badri (63) penjual Mie Ayam asal Kecamatan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan mengaku, ia ditarik Rp. 400 ribu untuk sewa stand yang hanya dilengkapi penerangan namun tanpa tenda.

“Ya kalau dipikir, berat mas soalnya kemarin-kemarin sepi pembeli karena hujan. Kalau begini terus kondisinya, bisa-bisa kita rugi,” tandas Badri.

Terpisah, pihak EO Damar membenarkan jika seluruh PKL dipungut biaya. Dana itu, menurut Damar, untuk biaya sewa tenda, penerangan lampu, termasuk biaya panggung beserta sarana dan prasarana pendukung lainnya.

“Dari pemerintah kan tidak ada dananya. Jadi dana yang kami dapat dari PKL, kami pakai untuk membiayai acara ini,” aku Damar.

Diketahui, Festival Pendalungan dan Pasar Rakyat Muslimat NU di Alun-alun Kota Probolinggo diadakan oleh Muslimat NU Jatim, sejak sepekan lalu. Hanya saja, even ini dikelola oleh EO lokal. (*)

 

Penulis : Rahmad Soleh
Editor : Efendi Muhammad

Artikel ini telah dibaca 44 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Piodalan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung Gerakkan Ekonomi Warga Senduro

13 Juli 2025 - 14:49 WIB

Kunjungi Jember, Wamentan Dorong Peningkatan Produksi Padi

11 Juli 2025 - 20:41 WIB

Trending di Ekonomi