PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Pasca dilanda kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) beberapa hari lalu, lereng Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, kini diterpa badai pasir. Pasir bercampur debu memapar kawasan konservasi itu akibat angin berhembus kencang memasuki puncak musim kemarau.
Pantauan PANTURA7.com, sejumlah titik di lautan pasir atau kaldera Bromo tertutup arak-arakan debu tebal yang bergerak sesuai arah angin. Bahkan tidak hanya area kaldera, arak-arakan debu ini juga memapar puncak Gunung Bromo hingga tebing perbukitan.
“Saya tadi kesini lewat jalur Malang, memang anginnya kencang, campur debu lagi. Bagi pengendara motor seperti saya sangat terganggu, jarak pandang sempit,” kata Bagus Santoso, wisatawan Gunung Bromo, Kamis (6/9/2018).

Kumparan debu yang terbawa angin kencang sapu kawasan wisata Gunung Bromo, Kamis (6/9/2018).
Material yang terbawa angin jelas Bagus, tak hanya debu dan pasir, namun juga bercampur dengan serpihan hitam menyerupai arang. “Mungkin yang hitam itu material sisa kebakaran tanaman yang beterbangan, berbahaya kalau kena mata,” papar dia.
Sementara Camat Sukapura, Yulius Christian menyampaikan bahwa angin kencang yang membawa debu dan pasir, merupakan siklus tahunan yang biasa terjadi di lautan pasir Gunung Bromo. Meski demikian, kata Yulius, wisata Gunung Bromo masih aman untuk dikunjungi.
“Bromo aman dikunjungi, angin kencang itu siklus tahunan saat memasuki puncak kemarau. Angin bercampur debu hanya terjadi di lautan pasir, di pemukiman tidak ada,” tandas Yulius.
Untuk menanggulangi dampak buruk bagi kesehatan, Yulius menghimbau kepada para wisatawan dan warga sekitar yang hendak ke lautan pasir untuk selalu mengenakan masker. “Pakai masker, kacamata dan pakaian tebal untuk melindungi tubuh kita,” ucapnya. (*)
Penulis : Mohammad Rochim
Editor : Efendi Muhammad
Tinggalkan Balasan