Probolinggo,– Ribuan santri dan alumni pondok pesantren se-Kabupaten Probolinggo, memadati halaman kantor DPRD Kabupaten Probolinggo, Minggu (19/10/25).
Massa datang untuk menyuarakan protes atas tayangan program Xpose Uncensored di Trans7, yang dinilai melecehkan martabat kiai dan kehidupan pesantren.
Dalam aksi bela kiai itu, massa disambut langsung oleh Bupati Probolinggo, dr. Mohamad Haris atau Gus Haris. Kehadiran orang nomor satu di Kabupaten Probolinggo itu, menjadi bentuk perhatian dan dukungan terhadap aspirasi santri yang menuntut klarifikasi serta tanggung jawab.
Gus Haris menyampaikan apresiasi atas sikap santun dan damai para santri. Ia meyakini, aksi tersebut tidak didasari oleh kebencian atau provokasi, melainkan karena adanya rasa cinta yang terluka akibat narasi yang dinilai menyinggung dan merendahkan para kiai.
“Saya yakin, aksi ini bukan didasari kebencian, tetapi karena rasa cinta yang terluka,” ujar Gus Haris disambut takbir dan tepuk tangan peserta aksi.
Menurutnya, hati santri tersakiti bukan karena perbedaan pandangan, tetapi karena narasi dalam tayangan Trans7 tersebut memunculkan stigma negatif terhadap kiai dan kehidupan di pesantren.
Ia menilai, kiai adalah sosok yang seharusnya dihormati dan dimuliakan karena telah membimbing umat menuju kehidupan yang penuh cahaya dan ilmu.
“Padahal, kiai adalah guru kita, pembimbing yang menuntun kita menempuh jalan terang bagi kehidupan kita,” tutur Gus Haris tegas.
Ia juga menyinggung soal pengorbanan para kiai dalam mendidik santri. Ia menegaskan bahwa tidak ada kiai yang bekerja untuk mendapatkan gaji.
Para kiai berjuang dengan ketulusan dan keikhlasan demi mencetak generasi berakhlak dan berilmu sehingga menjadi penerus bangsa yang mumpuni.
Sebagai perbandingan, Gus Haris menyebut bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) menerima gaji dan fasilitas setiap bulannya. Namun para kiai yang mengabdikan diri di pesantren, justru tidak pernah menuntut imbalan.
“Tidak ada kiai yang digaji. Tapi kalau ASN tidak digaji, mungkin mereka akan demo. Karena itu saya yakin, aksi ini bukan karena benci, melainkan karena cinta yang terluka,” ungkapnya disambut sorak setuju para peserta aksi.
Aksi santri dan alumni pesantren se-Probolinggo itu sendiri merupakan lanjutan dari gelombang kecaman yang muncul dari berbagai pihak, yang menilai tayangan Trans7 telah mencederai nilai-nilai kesopanan dan martabat pesantren.
Gus Haris juga menegaskan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo berdiri bersama para santri dan para kiai. Ia menyatakan dukungan penuh terhadap upaya memperjuangkan kehormatan pesantren dan berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Saya berbicara atas nama Bupati, atas nama pribadi, dan atas nama Pemerintah Kabupaten Probolinggo. Kami bersama dengan santri,” ucap Gus Haris dengan lantang.
Aksi damai yang digelar Forum Komunikasi Pondok Pesantren Probolinggo (FKPPPro) itu berlangsung aman dan kondusif hingga usai.
Massa membubarkan diri dengan tertib, sambil membawa pesan moral bahwa dunia pesantren adalah benteng moral bangsa yang harus dihormati, bukan dijadikan bahan olok-olok. (*)