Menu

Mode Gelap
Wanita di Winongan Dihadang Begal, Motor, HP, dan Uang Tunai Amblas Penerbangan Perdana Jember–Jakarta Kembali Ditunda, Dijadwalkan 23 September 2025 Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing Pembangunan Tak Boleh Molor, DPRD Lumajang Kawal Serapan Anggaran Hingga Tuntas Cold Storage dan D’Ozone, Senjata Baru Lumajang Jaga Mutu dan Harga Wow! Pimpinan DPRD Kabupaten Pasuruan Bakal Dibuatkan Rumah Dinas Seharga Rp10 Miliar

Ekonomi · 9 Apr 2025 18:07 WIB

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?


					TERDAMPAK: Pedagang bahan pokok di Pasar Tanjung Jember, tengah menjual dagangannya. ((foto: M. Abd. Rozak Mubarok).
Perbesar

TERDAMPAK: Pedagang bahan pokok di Pasar Tanjung Jember, tengah menjual dagangannya. ((foto: M. Abd. Rozak Mubarok).

Jember,- Kabupaten Jember mengalami inflasi yang cukup tajam pada bulan Maret 2025, dengan angka mencapai 1,63 persen.

Lonjakan angka inflasi ini merupakan perubahan signifikan setelah dua bulan sebelumnya, Januari dan Februari, terjadi deflasi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Tri Erwandi menjelaskan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan inflasi. Diantaranya tarif listrik dan naiknya harga bahan pokok.

“Inflasi di bulan Maret sebagian besar disebabkan oleh berakhirnya diskon tarif listrik 50 persen untuk pelanggan dengan konsumsi di bawah 2.000 KVA,” ujar Tri, Rabu, (9/4/25).

Menurut Tri, kembalinya tarif listrik ke normal menyebabkan harga-harga naik. Padahal sebenarnya tidak ada kenaikan baru, melainkan hanya kembali ke tarif sebelumnya.

Komoditas seperti bawang merah dan cabe rawit mengalami kenaikan harga di atas 5 persen. Tri menyebut, permintaan yang tinggi menjelang dan setelah Ramadan berkontribusi terhadap lonjakan harga ini.

“Bawang merah dan cabe rawit merupakan bahan pokok yang tidak bisa dihindari dalam konsumsi sehari-hari, terutama saat perayaan,” tambahnya.

Kenaikan harga ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat, terutama bagi kelas menengah ke bawah.

Menurut Tri, bahwa ketika harga-harga naik, pendapatan yang terbatas membuat masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.

Di sisi lain, Tri juga menyoroti pentingnya pengawalan terhadap sektor pertanian, yang merupakan tulang punggung ekonomi Jember dengan kontribusi sekitar 26 persen.

Dijelaskannya, program pemerintah yang melibatkan TNI dan kepolisian diharapkan dapat meningkatkan produksi padi dan komoditas lainnya, sehingga dapat membantu menstabilkan harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan.

“Meskipun inflasi di bulan Maret menunjukkan angka yang tinggi, ada harapan untuk perbaikan di masa depan melalui peningkatan produksi dan stabilisasi harga,” Tri memungkasi. (*)

 


Editor: Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 136 kali

Baca Lainnya

Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing

18 September 2025 - 17:22 WIB

Cold Storage dan D’Ozone, Senjata Baru Lumajang Jaga Mutu dan Harga

18 September 2025 - 16:33 WIB

Pasokan Berkurang, Harga Daging Ayam Potong di Probolinggo Tembus Rp40 Ribu/Kg

18 September 2025 - 14:58 WIB

Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli

17 September 2025 - 20:39 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Trending di Ekonomi