Menu

Mode Gelap
Perkuat Program Gizi Santri Lewat MBG, PBNU Resmikan 42 SPPG di Jember Polantas Kejar Terduga Pelaku Curanmor, Diamankan Setelah Motor Ditabrak Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk, Pesantren di Jember Gelar Tahlil dan Istighosah Wali Kota Probolinggo Mutasi Pejabat, Empat Kepala Dinas Terpental Toko Emas di Pasirian Lumajang Dibobol Dua Wanita, Kalung 15 Gram Raib Pemkab Lumajang Tanggung Biaya Pengobatan Santri Korban Keracunan Asam Klorida

Religi & Pesantren · 24 Mei 2024 09:13 WIB

Umat Buddha Probolinggo Gelar Ritual Perayaan Waisak, Begini Prosesinya


					KHIDMAT: Proses ritual puncak perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Kota Probolinggo berlangsung khidmat. (foto: Hafiz Rozani). Perbesar

KHIDMAT: Proses ritual puncak perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Kota Probolinggo berlangsung khidmat. (foto: Hafiz Rozani).

Probolinggo,- Ratusan umat Buddha Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, Kota Probolinggo, Kamis malam (23/05/24) mengikuti Upacara Perayaan Waisak 2568 BE. Puncak perayaan Waisak ini digelar dengan berbagai ritual sakral.

Prosesi ritual Waisak dimulai sejak pukul 19.00 WIB, diawali sembahyang bersama menghadap 4 penjuru mata angin. Lalu dilanjutkan pada pukul 20.30 WIB, yakni pembacaan parita suci menghadap rupang Buddha di halaman klenteng.

Memasuki detik-detik puncak Waisak, tepatnya pukul 20.52 WIB, umat Buddha menggelar meditasi dengan suasana hening selama beberapa menit.

Kemudian, umat Buddha mengikuti ritual terakhir yakni Bradak Sina berupa prosesi mengililingi tempat ibadah atau tempat dewa sebanyak 3 kali.

Ketua 2 Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, Ervan Sujianto mengatakan, perayaan Waisak ini memiliki 3 makna sekaligus yakni memperingati kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Buddha.

“Perayaan tersebut dilakukan dengan berbagai prosesi ritual, salah satunya pembacaan Parita Suci mendekati detik-detik Waisak dilanjutkan dengan meditasi hening,” ujar Ervan.

Menurut Ervan, ada perbedaan dalam ritual Perayaan Hari Raya Waisak tahun ini dengan tahun sebelumnya. Saat ini kala melaksanaan Bradak Sina, umat Buddha membawa bunga sedap malam dan dupa.

Sementara tahun-tahun sebelumnya, saat prosesi Bradak Sina umat Buddha hanya membawa lilin sebagai ornamen ritual.

“Dengan Perayaan Waisak ini, umat Buddha dapat membersihkan diri dari rasa iri, dengki, benci, malas dan hal-hal buruk lainnya,” imbuh Ervan.

Sebelum memasuki puncak perayaan, Umam Buddha telah melakukan prosesi memandikan rupang Buddha kecil di halaman Klenteng. Prosesi sakral ini menggunakan air dan bunga. (*)

 

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Moh. Rochim

Artikel ini telah dibaca 31 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Perkuat Program Gizi Santri Lewat MBG, PBNU Resmikan 42 SPPG di Jember

30 September 2025 - 21:07 WIB

Finis di Posisi Tiga, Jember Raih 11 Medali di MTQ XXXI Jawa Timur

20 September 2025 - 16:50 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Perjuangan Ahmad Musaddad, Qari Tunanetra Asal Jember yang Tampil Memukau di MTQ XXXI Jatim

17 September 2025 - 15:16 WIB

Fisik Terbatas tak Halangi Para Tunanetra Unjuk Kebolehan di MTQ Jatim XXXI Jember

16 September 2025 - 17:24 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Meriahnya Pembukaan MTQ XXXI Jatim di Jember, Diwarnai Pertunjukan Drone dan Tari Taksu Ilahi

14 September 2025 - 06:57 WIB

MTQ Jawa Timur XXXI di Jember Resmi Dibuka, Disebut Setara Even Nasional

14 September 2025 - 06:33 WIB

Berkah Even MTQ Jawa Timur 2025, Hunian Hotel di Jember Melonjak

13 September 2025 - 08:48 WIB

Trending di Pemerintahan