Menu

Mode Gelap
Angka Kemiskinan Kota Probolinggo Tahun 2025 Turun Jadi 5,69 Persen, Masuk 6 Besar di Jatim Lumajang Beradaptasi dengan Efisiensi Anggaran, Fokus pada Pembangunan Infrastruktur Wanita di Winongan Dihadang Begal, Motor, HP, dan Uang Tunai Amblas Penerbangan Perdana Jember–Jakarta Kembali Ditunda, Dijadwalkan 23 September 2025 Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing Pembangunan Tak Boleh Molor, DPRD Lumajang Kawal Serapan Anggaran Hingga Tuntas

Pendidikan · 31 Agu 2023 15:25 WIB

Kebakaran Hutan Bantengan Lumajang Belum Padam, Medan Sulit jadi Kendala


					DIPADAMKAN: Proses pemadaman api di Blok Bantengan, Desa Ranupani, Senduro, Lumajang. (foto: Asmadi) Perbesar

DIPADAMKAN: Proses pemadaman api di Blok Bantengan, Desa Ranupani, Senduro, Lumajang. (foto: Asmadi)

Lumajang,- Kebakaran hutan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), tepatnya di Blok Bantengan, Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, hingga Kamis (31/8/23), belum terkendali.

Kepala Bagian Tata Usaha TNBTS Septi Eka Wardhani mengatakan, hingga saat ini proses pemadaman masih terus dilakukan tim gabungan yang terdiri dari unsur TNBTS Resort Ranupani, BPBD Kabupaten Lumajang, TNI-Polri, Masyarakat Peduli Api Desa Ranupani dan warga.

Proses pemadaman dilakukan tidak sekedar memadamkan api. Namun juga ilaran api dengan memotong jalur yang dituju api. Selain itu, dilakukan sistem sekat bakar di sejumlah titik kebakaran.

“Ilaran api akan dilakukan dari arah bawah savana menuju ke arah atas lereng, oleh tim TNBS yang menangani bagian bawah. Sedangkan tim bagian atas akan melakukan dari atas ke bawah,” kata Eka, Kamis (31/8/2023).

Dia menduga kebakaran hutan di kawasan TNBTS akibat musim kemarau panjang dan gesekan antar ranting tanaman yang sudah mengering.

“Tim TNBTS Resort Ranupani telah melakukan penanganan dengan menggunakan penyekatan api dengan dahan-dahan yang basah,” ujarnya.

Dikatakan Eka, karena lawasan ini berada di dataran tinggi, tentu tiupan angin sangat kencang. Angin kencang membuat api menyala kembali dari sisa penyiraman yang sudah dilakukan sebelumnya.

“Bara ranting pohon sisa terbakar yang jatuh juga bisa membuat pembakaran kembali terjadi selama bahan bakar (rumput, red) masih ada,” tambah Eka.

Disamping itu, imbuh dia, akses menuju lokasi kebakaran sangatlah sulit. Sehinga tim petugas gabungan kesulitan untuk memadamkan api.

“Akses jarak tempuhnya sulit, sehingga penyiraman masih dikatakan lambat,” pungkas Eka. (*)

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 68 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dulu Hanya Makan Sekali Sehari, Kini Siswa SD Ini Bisa Makan Dua Kali Berkat Program MBG

29 Agustus 2025 - 18:50 WIB

Polinema Jadi Harapan Baru Lumajang Cetak SDM Berdaya Saing Global

28 Agustus 2025 - 16:34 WIB

Tanpa Tunggu Tahun Ajaran Baru, Sekolah Rakyat di Jember Terima Siswa Sepanjang Tahun

1 Agustus 2025 - 16:59 WIB

Demi Sekolah, Siswi SD di Lumajang Terjatuh Saat Digendong Ayahnya Seberangi Lahar Semeru

1 Agustus 2025 - 16:31 WIB

Kurang Diminati, Pemkab Probolingggo Bakal Tutup SDN Warujinggo 2

18 Juli 2025 - 16:06 WIB

Miris! SDN Warujinggo 2 Probolinggo 2 Tahun Gagal Dapatkan Siswa Baru

17 Juli 2025 - 09:29 WIB

Hari Pertama Sekolah Rakyat di Kota Probolinggo, Dipantau Langsung Gubernur Khofifah

14 Juli 2025 - 19:54 WIB

Hari Pertama Sekolah Rakyat di Kota Probolinggo, Siswa Ikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

14 Juli 2025 - 12:49 WIB

Sekolah Rakyat Segera Dimulai, Asrama dan Ruang Kelas Dikenalkan

11 Juli 2025 - 04:47 WIB

Trending di Pendidikan