Menu

Mode Gelap
Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei Jadi Tuan Rumah Pesta Miras yang Tewaskan 2 Orang, Kades Temenggungan Ngaku Tidak Tahu Kasus PMK di Probolinggo, 51 Ekor Sapi Terpapar, 2 Mati, 9 Sembuh Kunjungan Industri Dinilai Penting Bagi Siswa SMK, ini Beberapa Alasannya Singa Betina TWSL Kota Probolinggo Bunting, Kandang Mulai Disterilkan Bupati Lumajang Perkuat Perlindungan Pekerja Migran Indonesia di Luar Negeri

Ekonomi · 11 Mar 2023 18:13 WIB

Petani Menjerit! Harga Pupuk Mahal, Gabah Diobral


					RUGI: Petani padi asal Kecamatan Krejengan, tetap panen meski harga gabah murah. (foto: Ainul Jannah). Perbesar

RUGI: Petani padi asal Kecamatan Krejengan, tetap panen meski harga gabah murah. (foto: Ainul Jannah).

Kraksaan,- Persoalan pupuk subsidi di sejumlah daerah, tak terkecuali di Kabupaten Probolinggo, tak kunjung usai. Selain sulit didapat, harga pupuk juga melangit.

Di Kabupaten Probolinggo, harga pupuk urea bersubsidi sekitar Rp450 ribu per kwintal. Kisaran harga ini dinilai sangat tinggi dan sulit dijangkau oleh para petani.

“Mahal sekali itu, biasanya urea yang subsidi Rp250 ribu/kwintal tapi disini Rp450 ribu/kwintal,” kata salah seorang petani asal Kecamatan Paiton, Saiful Islam, Sabtu (11/3/23).

Dijelaskan Saiful, ditengah mahalnya harga pupuk subsidi, harga gabah hasil panen petani justru murah. Saat ini, gabah kering hanya dihargai Rp4 juta/ton.

Meski murah, namun petani tetap harus menjual gabahnya. “Banyak yang dijual ke tengkulak, diobral, karena petani butuh uang untuk menutupi biaya tanam,” urainya.

“Hasil panen jelas tidak cukup. Itu kalau dihitung-hitung, Rp4 juta itu hanya untuk pupuknya saja. Kalau tiga bulan, itu sudah lebih biayanya,” Saiful menambahkan.

Petani lainnya, Suarno (46) mengatakan, harga pupuk bersubsidi jenis urea di tempatnya berkisar antara Rp440 ribu/kwintal hingga Rp450 ribu/kwintal.

“Ada yang Rp440 ribu ada yang Rp450/kwintal. Itu mahal sekali, kalau yang subsidi aja harganya sampai segitu, apalagi yang non-subsidi,” keluh petani asal Kecamatan Krejengan ini. (*)

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 42 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kisah Yulianto, Petani Lumajang yang Berani Ambil Risiko

25 April 2025 - 13:32 WIB

Pemkot Probolinggo Mulai Persiapkan Koperasi Merah Putih, Optimis Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

22 April 2025 - 17:03 WIB

Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan

12 April 2025 - 17:57 WIB

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?

9 April 2025 - 18:07 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Pengunjung Pantai Mbah Drajid Membeludak, Omset UMKM Meningkat

7 April 2025 - 18:23 WIB

Lahan Pertanian Padi Meningkat, Kota Probolinggo Hasilkan 8,9 Ton Per Hektar

7 April 2025 - 18:04 WIB

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Trending di Ekonomi