Menu

Mode Gelap
Disorot soal Ketimpangan Wilayah, Bupati Pasuruan: Tidak Ada Pasuruan Barat dan Timur Pariwisata Tumpak Sewu Terancam Stagnan, Homestay dan Atraksi Pendamping Tak Terkoordinasi Ketidaksepemahaman BUMDes dan Pengelola Tumpak Sewu Ancaman Serius bagi Ekonomi Lokal Pendapatan Tumpak Sewu Selama Ini Dipertanyakan Diduga Jadi Korban Penganiayaan, Pemuda Asal Kudus Tewas di Pandaan Dua Pelaku Pembacokan di Kos Mayangan Kota Probolinggo Ditangkap, Begini Tampangnya

Ekonomi · 11 Apr 2022 19:52 WIB

Minyak Goreng Curah Langka di Kraksaan, Usaha Gorengan Sempat Kolaps


					Minyak Goreng Curah Langka di Kraksaan, Usaha Gorengan Sempat Kolaps Perbesar

Kraksaan,- Pedagang gorengan di Kota Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, mengeluh lantaran minyak goreng curah langka dan mahal. Akibatnya banyak pedagang yang berhenti berjualan lantaran penghasilan dan pengeluaran tidak sebanding.

Seperti yang diceritakan Fendi, warga Dusun Klojen, Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Pedagang tahu walik ini menyebut, minyak goreng curah saat ini sulit didapat.

Padahal dagangannya mengandalkan minyak goreng jenis ini untuk produksi. Ia sempat tidak berjualan selama 3 hari karena tidak mendapatkan minyak goreng sama sekali.

“Selama tiga hari saya tidak berjualan, cari minyak goreng susah. Di toko langganan saya kosong minyak gorengnya, di toko lain juga kosong,” kata Fendi, Senin (11/4/22).

Dengan kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng curah, imbuh Fendi, penghasilan yang ia dapat pun tidak sepadan dengan biaya produksi yang dihabiskan setiap harinya. Sementara jika menggunakan minyak goreng kemasan, harganya jauh lebih mahal.

“Setiap hari saya butuh sedikitnya lima liter minyak goreng, lain lagi untuk beli tahu sama dagingnya. Saya berdagang capek, hasilnya kemakan buat beli minyak lagi,” curhatnya.

Hal senada disampaikan Sofiatun, warga Desa Sumberlele, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Ia mengeluh lantaran minyak goreng curah langka, sementara harga minyak goreng kemasan per liternya mencapai Rp 25.000 ribu.

Dilain sisi, papar Sofiatun, harga tahu ikut naik dari harga awal Rp 400.000 ribu per boks kini menjadi Rp 400.320. Tentu saja, kondisi ini menyulitkan usahanya, bahkan jualannya sempat kolaps selama 5 hari.

“Gara-gara mau beli minyak uangnya tidak ada, tahu saya sampai rusak (basi) karena mau digoreng tetapi tidak ada minyaknya. Sekarang ini saya hutang buat beli minyak, karena kalau saya tidak jualan, ya tidak bisa menghidupi keluarga saya,” tuturnya. (*) 

Editor: Efendi Muhammad

Publisher: A. Zainullah FT

Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Serapan Tembakau tak Maksimal, HKTI Probolinggo Temui Bupati Gus Haris

17 Juni 2025 - 22:59 WIB

Perputaran Uang Pemotongan Hewan Kurban di Probolinggo Capai Rp 30 Miliar

14 Juni 2025 - 14:23 WIB

PHRI Lumajang Nilai Kebijakan Mendagri Buka Peluang Besar Pertumbuhan Hotel dan Restoran

8 Juni 2025 - 08:58 WIB

Terjadi Deflasi, Harga Cabai di Jember Turun Drastis

4 Juni 2025 - 01:41 WIB

Gurihnya Keripik Talas Lereng Gunung Semeru Rambah Luar Daerah

29 Mei 2025 - 17:17 WIB

Laris Sebelum Hari H, Sapi Kurban di Pasuruan Hampir Habis

28 Mei 2025 - 17:14 WIB

Disporapar Probolinggo Gelar Pelatihan Digital, Dorong Pegiat Ekonomi Kreatif Kuasai Teknologi

28 Mei 2025 - 16:43 WIB

Jual Sapi Zaman Now: Offline, Online, tetapi Tetap Bikin Dompet Tebal

27 Mei 2025 - 17:16 WIB

Menjelang Idul Adha, Harga Hewan Ternak di Lumajang Merangkak Naik

24 Mei 2025 - 18:34 WIB

Trending di Ekonomi