Menu

Mode Gelap
Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta Didampingi Gus Haris, Gubernur Khofifah resmikan SMKN Sukapura di Probolinggo Pelaku Tabrak Lari Pelajar SMK di Pasuruan Ditangkap, Mengaku Takut Dimassa Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei

Ekonomi · 11 Apr 2022 19:52 WIB

Minyak Goreng Curah Langka di Kraksaan, Usaha Gorengan Sempat Kolaps


					Minyak Goreng Curah Langka di Kraksaan, Usaha Gorengan Sempat Kolaps Perbesar

Kraksaan,- Pedagang gorengan di Kota Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, mengeluh lantaran minyak goreng curah langka dan mahal. Akibatnya banyak pedagang yang berhenti berjualan lantaran penghasilan dan pengeluaran tidak sebanding.

Seperti yang diceritakan Fendi, warga Dusun Klojen, Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Pedagang tahu walik ini menyebut, minyak goreng curah saat ini sulit didapat.

Padahal dagangannya mengandalkan minyak goreng jenis ini untuk produksi. Ia sempat tidak berjualan selama 3 hari karena tidak mendapatkan minyak goreng sama sekali.

“Selama tiga hari saya tidak berjualan, cari minyak goreng susah. Di toko langganan saya kosong minyak gorengnya, di toko lain juga kosong,” kata Fendi, Senin (11/4/22).

Dengan kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng curah, imbuh Fendi, penghasilan yang ia dapat pun tidak sepadan dengan biaya produksi yang dihabiskan setiap harinya. Sementara jika menggunakan minyak goreng kemasan, harganya jauh lebih mahal.

“Setiap hari saya butuh sedikitnya lima liter minyak goreng, lain lagi untuk beli tahu sama dagingnya. Saya berdagang capek, hasilnya kemakan buat beli minyak lagi,” curhatnya.

Hal senada disampaikan Sofiatun, warga Desa Sumberlele, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Ia mengeluh lantaran minyak goreng curah langka, sementara harga minyak goreng kemasan per liternya mencapai Rp 25.000 ribu.

Dilain sisi, papar Sofiatun, harga tahu ikut naik dari harga awal Rp 400.000 ribu per boks kini menjadi Rp 400.320. Tentu saja, kondisi ini menyulitkan usahanya, bahkan jualannya sempat kolaps selama 5 hari.

“Gara-gara mau beli minyak uangnya tidak ada, tahu saya sampai rusak (basi) karena mau digoreng tetapi tidak ada minyaknya. Sekarang ini saya hutang buat beli minyak, karena kalau saya tidak jualan, ya tidak bisa menghidupi keluarga saya,” tuturnya. (*) 

Editor: Efendi Muhammad

Publisher: A. Zainullah FT

Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kisah Yulianto, Petani Lumajang yang Berani Ambil Risiko

25 April 2025 - 13:32 WIB

Pemkot Probolinggo Mulai Persiapkan Koperasi Merah Putih, Optimis Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

22 April 2025 - 17:03 WIB

Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan

12 April 2025 - 17:57 WIB

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?

9 April 2025 - 18:07 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Pengunjung Pantai Mbah Drajid Membeludak, Omset UMKM Meningkat

7 April 2025 - 18:23 WIB

Lahan Pertanian Padi Meningkat, Kota Probolinggo Hasilkan 8,9 Ton Per Hektar

7 April 2025 - 18:04 WIB

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Trending di Ekonomi