Menu

Mode Gelap
Lumajang Kawal Percepatan PPPK ke Jakarta, Ribuan Honorer Dapat Kepastian AWS dan ARG, Dua Alat Pemantau Cuaca Andalan Baru BPBD Lumajang Meriahnya Pembukaan MTQ XXXI Jatim di Jember, Diwarnai Pertunjukan Drone dan Tari Taksu Ilahi MTQ Jawa Timur XXXI di Jember Resmi Dibuka, Disebut Setara Even Nasional Pemprov Jatim Gelar Pasar Murah di Jember, Harga Jual Sembako Dibawah HET Terganjal Aturan, Pasien ‘Celebral Palsy’ di Kota Probolinggo Tidak Lagi Menerima Layanan Fisioterapi

Gaya Hidup · 20 Jan 2022 16:57 WIB

Sajikan Teh Herbal Berbekal “Bonggol Jagung”, 4 Santri Genggong Raih Medali di Korea


					Sajikan Teh Herbal Berbekal “Bonggol Jagung”, 4 Santri Genggong Raih Medali di Korea Perbesar

PROBOLINGGO,- Indonesia merupakan negara penghasil limbah terbanyak dibandingkan negara-negara lain. Dengan memanfaatkan limbah, empat santri Pesantren Zainul Hasan (PZH) Genggong, Kabupaten Probolinggo meraih medali perak di ajang internasional.

Medali tersebut di raih empat santri dari Madrasah Aliyah (MA) Model PZH Genggong di ajang lomba
Seoul international invention Fair (SIIF), Korea Selatan (Korsel). Even itu diikuti 425 peserta dari 15 negara, termasuk dari Indonesia.

Perwakilan empat santri itu meraih medali setelah menyajikan produk herbal dari limbah jagung yang diberi nama “Tea Zea Mays”.

Empat santri berprestasi itu berasal dari Lumajang yakni, Moh. Hilu Maulidi (17) asal Kota Lumajang, Aulia Nazwabillah (15) asal Kecamatan Padang, Evelyn Dytia Nabilah (15) asal Kecamatan Sumbersuko dan Muhammad Ahsan Anwar Shiddiqy (18) asal Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian.

Di ajang bergengsi tersebut, keempat santri ini menyajikan teh herbal yang bagus untuk kesehatan. Bahan-bahan teh herbal itu sangat jauh berbeda dengan pembuatan teh pada umumnya. Bahan utamanya mengandalkan bonggol jagung, limbah jagung yang tidak sulit ditemukan.

Proses pembuatannya juga tidak terlalu sulit. Bonggol jagung hanya ditumbuk halus dan terlebih dulu dikeringkan secara alami (diangin-anginkan).

Kemudian dilanjutkan pengeringan menggunakan open agar kadar air tidak banyak ketika penumbukan. Saat pengeringan juga perlu teliti agar dihasilkan rasa sempurna.

“Tidak terlalu kering atau gosong biar tidak pahit. Pada proses penumbukan bonggol jagung ini yang lumayan lama, karena masih keterbatasan alat. Jadi sekali penumbukan satu sampai dua bonggol jagung inj bisa dihasilkan 10 kantong teh dari bonggol jagung ini,” kata Moh Hilu Maulidi, Kamis (20/1/2022).

RAIH MEDALI : Empat santri MA Model Zainul Hasan Genggong berswafoto dengan Ketua Yayasan Pesantren Zainul Hasan Genggong, KH. Moh. Hasan Mutawakkil Allallah usai meraih medali silver di Korea. (Foto : Moh. Ahsan Faradisi).

Sementara ini, lanjut Hilu, teh dari bahan dasar bonggol jagung tersebut masih belum bisa dikomersialka. Sebab selain proses perizinan masih dalam proses, teh tersebut masih akan diuji di laboratorium. Sehingga, teh tersebut hanya dikonsumsi di nternal lembaga saja.

“Kalau untuk khasiatnya, teh ini bisa mengobati jantung koroner dan kolestrol. Dalam satu kantong itu berisi dua miligram bonggol jagung, dikonsumsi selama tujuh hari dan setiap harinya diminum dua kali sebelum makan. Kalau untuk warna saat sudah diseduh memang tidak seperti teh lainnya, karena teh ini bukan dari daun teh,” tutur Hilu.

Prestasi keempat santri tersebut mendapat apresiasi dari Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, KH. Moh Hasan Mutawakkil Alallah. Terlebih lagi, prestasi di kancah internasional tersebut bukanlah yang pertama kalinya diraih santri Genggong, sehingga hal itu sangat patut untuk disyukuri.

“Kami wajib bersyukur ke hadirat Allah SWT dan apresiasi kepada santriwan-santriwati termasuk juga para tim yang sudah bekerja keras, tidak henti-hentinya untuk meraih beberapa kejuaraan internasional, yang terakhir yang ada di Korea ini,” ungkap Kiai Mutawakkil.

Untuk produk Tea Zea Mays tersebut, lanjut Kiai Mutawakkil, ke depannya yang sudah menjadi salah satu karya dari santrinya itu bisa dikomersialkan. Dan tentu sebelum dikomersialkan, teh tersebut akan diuji di laboratorium untuk mengetahui gizi dan melihat minat di pasaran tentunya.

“Saya sudah menikmati, aroma jagungnya ada, cuma hanya perlu menunggu sekitar lima menitan untuk menghasilkan seperti air teh pada umumnya. Yang jelas ini herbal, dan lebih nikmat lagi dibuat tanpa gula dan rasanya seperti minum teh Jepang, tidak pahit dan akan berdampak positif,” ungkap Ketua MUI Jatim ini. (*)

Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : Albafillah

Artikel ini telah dibaca 77 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Edisi ke-12 Bromo Marathon, Ribuan Pelari Adu Cepat Taklukkan Perbukitan Tengger

7 September 2025 - 16:05 WIB

Santri Lumajang Unjuk Gigi di Forum Pramuka Internasional

2 September 2025 - 13:02 WIB

Dulu Hanya Makan Sekali Sehari, Kini Siswa SD Ini Bisa Makan Dua Kali Berkat Program MBG

29 Agustus 2025 - 18:50 WIB

Polinema Jadi Harapan Baru Lumajang Cetak SDM Berdaya Saing Global

28 Agustus 2025 - 16:34 WIB

Viral di Media Sosial, Batik Fosfor Asal Lumajang Tembus Amsterdam dan Berlin

14 Agustus 2025 - 15:19 WIB

Archipelago Resmikan Aston Inn Lumajang, Dorong Investasi Pariwisata di Jawa Timur Selatan

9 Agustus 2025 - 05:05 WIB

Jember Fashion Carnival 2025 Usung Tema Lingkungan, Akan Hadirkan 2 Ribu Peserta

6 Agustus 2025 - 18:27 WIB

Mengenal Roisatul Muttaqin Alalloh, Dara Cantik asal Jorongan Probolinggo yang Wakili Indonesia di 3 Negara

1 Agustus 2025 - 20:50 WIB

Tanpa Tunggu Tahun Ajaran Baru, Sekolah Rakyat di Jember Terima Siswa Sepanjang Tahun

1 Agustus 2025 - 16:59 WIB

Trending di Pendidikan