Menu

Mode Gelap
Angka Kemiskinan Kota Probolinggo Tahun 2025 Turun Jadi 5,69 Persen, Masuk 6 Besar di Jatim Lumajang Beradaptasi dengan Efisiensi Anggaran, Fokus pada Pembangunan Infrastruktur Wanita di Winongan Dihadang Begal, Motor, HP, dan Uang Tunai Amblas Penerbangan Perdana Jember–Jakarta Kembali Ditunda, Dijadwalkan 23 September 2025 Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing Pembangunan Tak Boleh Molor, DPRD Lumajang Kawal Serapan Anggaran Hingga Tuntas

Ekonomi · 23 Nov 2021 16:19 WIB

Musim Hujan, Harga Garam Tembus Rp 1 Juta per Ton


					Musim Hujan, Harga Garam Tembus Rp 1 Juta per Ton Perbesar

KRAKSAAN,- Memasuki musim hujan, dalam sepekan terakhir, harga garam di Kabupaten Probolinggo naik. Bahkan, saat ini petani garam setempat bisa menjual garam dengan harga Rp1 juta per ton.

Ketua Kelompok Petani Garam, Suparyono mengatakan, naiknya harga jual garam ini tentu menyenangkan petani di Kabupaten Probolinggo. Sebab, sangat jarang, harga garam bisa mencapai Rp 1 juta per ton dalam beberapa tahun terakhir.

“Terakhir harga garam yang mencapai Rp 1 juta itu kalau tidak salah 2017 lalu. Dan baru sekitar 10 hari terakhir harganya kembali bisa tembus Rp 1 juta. Alhamdulillah, meski kerap hujan tapi itu tidak berdampak kepada garam di harga yang fantastis,” kata Suparyono, Selasa (23/11/2021).

Pria asal Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan ini meyakini, tingginya harga garam ini merupakan dampak dari datangnya musim hujan. Banyak petani garam yang tidak lagi bisa memproduksi garam lantaran sering turunnya hujan.

“Untungnya, sulitnya produksi garam ini dibarengi dengan harga garam yang tinggi. Beda dengan tahun lalu, sudah musim hujan, garam tetap saja murah. Karena memang salah satu kendala besar untuk petani garam ya musim hujan ini,” tutur Suparyono.

Sulitnya produksi garam saat musim hujan, lanjut Suparyono, membuat para petani kewalahan untuk memenuhi kebutuhan pasar di daerah tapal kuda. Bahkan, pihaknya saja hanya mampu memproduksi garam maksimal 2,5 ton per pekannya.

Bahkan, sambung dia, petani garam dari Madura yang ikut berjualan di daerah tapal kuda juga tidak mampu memenuhi tingginya kebutuhan pasar. Hal itu membuat petani garam mengurangi stok penjualannya untuk masing-masing pedagang yang ada.

“Kondisi di Madura sama saja dengan di sini, produksinya sulit. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan di daerah Kabupaten Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, hingga di Situbondo kewalahan, jadi harganya fantastis,” ujar Suparyono.

Sementara itu, Kabid Perikanan Tangkap pada Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Probolinggo, Hari Pur Sulistiono mengatakan, musim hujan memang merupakan kendala utama petani garam untuk melakukan produksi. Sehingga, harga jual garam di pasaran naik.

“Di saat produksinya sulit, permintaan pasar tidak mengalami perubahan tinggi tidak hanya di Kabupaten Probolinggo saja, tapi juga di daerah lainnya di tapal kuda, jadi akibatnya harganya naik,” terang Hari. (*)


Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : Albafillah

Artikel ini telah dibaca 25 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing

18 September 2025 - 17:22 WIB

Cold Storage dan D’Ozone, Senjata Baru Lumajang Jaga Mutu dan Harga

18 September 2025 - 16:33 WIB

Pasokan Berkurang, Harga Daging Ayam Potong di Probolinggo Tembus Rp40 Ribu/Kg

18 September 2025 - 14:58 WIB

Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli

17 September 2025 - 20:39 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Trending di Ekonomi