Menu

Mode Gelap
Menjelang Fajar, Maling Gasak Motor di Warung Kopi Giras Pasuruan Kemeriahan Batik In Motion 2025 Kota Probolinggo; Mengangkat Potensi, Kenalkan Batik Kanekrembang Pimpin Karang Taruna Lumajang, Dedi Marta Siap Sinergikan Peran Pemuda Banyak Orangtua Takut Anak Rewel, Capaian Imunisasi Campak di Lumajang Anjlok Pekerja Migran asal Ranuagung Meninggal di Malaysia, Pemkab Probolinggo Fasilitasi Pemulangan Jenazah Innalillahi! Mr. X Ditemukan Membusuk di Jalur Pendakian Gunung Arjuno

Budaya · 23 Agu 2020 11:53 WIB

Suro: Tradisi Merawat Pusaka Warisan Leluhur


					Suro: Tradisi Merawat Pusaka Warisan Leluhur Perbesar

MAYANGAN-PANTURA7.com, Bulan Suro atau Muharram dalam Kalender Hijriah, bagi sebagian orang Jawa identik dengan jamasan (mencuci) pusaka. Tujuannya membersihkan atau menyucikan pusaka, sebagai perwujudan senjata bagi pemiliknya.

Tradisi jamasan pusaka sudah berlangsung turun-temurun. Apalagi, jika pusaka tersebut diyakini memiliki keistimewaan atau kekuatan (magis).

Sehingga, membuat pemilik pusaka harus rajin merawat pusaka tersebut, utamanya di malam 1 Suro.

Hal ini pula yang dilakukan seorang kolektor benda pusaka, M.Yusuf, warga RT/RW 01/03 Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan. Di malam 1 Suro, ia melakukan ritual ngumbah pusaka dibantu seorang tenaga ahli khusus.

Suro dimaknai sebagai bulan pertama dalam sistem kalender Jawa-Islam. Kata Suro berasal dari Asyuro dalam bahasa Arab. Suro dengan Kalender Jawa dicetuskan Raja Mataram Islam, Sultan Agung.

“Namun Sultan Agung masih memadupadankan penanggalan Hijriah dengan tarikh Saka, tujuannya dapat merayakan keagamaan diadakan bersamaan dengan seluruh umat Islam dan menyatukan masyarakat Jawa yang terpecah saat itu antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam),” kata Yusuf, Minggu (23/8/2020).

Bagi sebagian orang, malam 1 Suro identik sesuatu yang menyeramkan, penuh bencana dan bulannya para makhluk gaib. Beberapa orang juga masih mempercayai dengan berbagai macam mitos yang pantang untuk dilanggar, seperti larangan malam 1 Suro untuk keluar rumah.

“Dari berbagai hal yang telah disebutkan di atas, banyak juga perayaan tradisi Jawa serta amalan yang dilakukan pada malam 1 Suro untuk memperingati perayaan malam 1 Suro,” katanya.

Perayaan-perayaan tersebut, seperti tapa bisu, tirakatan, kungkum, kirab budaya, dan pencucian pusaka. Sedangkan amalan yang biasa dilakukan oleh umat Islam, contohnya seperti melakukan puasa sunah (Tasu’a dan ‘Asyura) dan menyantuni anak yatim,” imbuh Yusuf.

Hal yang sama juga dikatakan, Agus. Setidaknya, ada 8 pusaka koleksinya yang disucikan dengan ritual ngumbah keris. Mulai dari pusaka berbentuk keris hingga tombak yang diyakini merupakan peninggalan sejak zaman Mataram dan Majapahit.

Agus mengaku, tidak semua pusaka koleksinya itu hasil “berburu”. Namun ada juga pusaka-pusaka itu yang diperolehnya dari “getaran” spiritualnya.

“Pusaka itu istilahnya harus mau ikut sang empunya. Kalau dia (pusaka) itu tidak mau ikut kita ya tidak bisa dipaksa,” ungkapnya.

Ia mencontohkan, salah satu pusaka keris milik leluhurnya pernah disimpan oleh seorang saudaranya. Namun, karena tak “berjodoh” keris itu terkesan memberontak.

“Entah percaya atau tidak, tapi hal semacam ini biasanya juga tersampaikan lewat mimpi. Dalam mimpi saya pernah didatangi oleh seseorang dengan pakaian jubah putih, dan berkata ingin ikut saya. Ini setelah saya pegang keris dari leluhur itu,” pungkasnya.

Sejak itu lah, ia pun merawat pusaka yang dimilikinya termasuk pada malam 1 Suro ini. Hingga saat ini, ia baru memiliki beberapa benda pusaka, seperti dua Keris Semar Mesem, Keris Mardikan dengan pamor Bulu Ayam, Keris Kiai Sengkelat yang diyakini dari era Majapahit, keris Sabuk Inten dengan pamor Sekar Manggar serta pusaka jenis tombak dan keris lainnya.(*)


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Rizal Wahyudi


Artikel ini telah dibaca 29 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kemeriahan Maulid Nabi di Pasuruan, Warga Berebut Barang dalam Tradisi Arebbuan

5 September 2025 - 10:53 WIB

Padepokan Fashion Carnaval Probolinggo, Kuatkan Identitas Kebudayaan Indonesia

31 Agustus 2025 - 20:40 WIB

Terinspirasi Pejuang Kemerdekaan, Peserta Tajemtra Berusia 70 Tahun ini Tuntaskan Rute 30 KM

24 Agustus 2025 - 08:33 WIB

15 Ribu Peserta Semarakkan Tajemtra 2025, Termasuk WNA China

24 Agustus 2025 - 02:02 WIB

Tajemtra 2025 Siap Digelar, 15.171 Peserta Terdaftar

22 Agustus 2025 - 19:22 WIB

Dorong Wisatawan Kenali Budaya Tengger, Bupati Gus Haris Siapkan Kalender Even di Bromo

9 Agustus 2025 - 20:51 WIB

Hari Raya Karo, 3 Desa Lereng Bromo Probolinggo Gelar Ritual Tari Sodoran

9 Agustus 2025 - 18:19 WIB

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan

28 Juli 2025 - 18:00 WIB

Trending di Budaya