PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Khatib di masjid-masjid di Kota Probolinggo diingat agar mengangkat tema-tema yang berkaitan dengan problema umat Islam di lingkungannya masing-masing. Banyak masalah sosial-ekonomi yang dihadapi umat Islam di Kota Probolinggo.
“Dengan mengangkat materi khutbah yang sesuai kondisi umat, insya-Allah, jamaah Jumat tidak tidur saat khutbah berlangsung,” kata Ustad Wahyudi Baz LC dalam halaqah dan muwafaqah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Probolinggo di rumah dinas walikota Jalan Panglima Sudirman, Minggu (4/8).
Kegiatan yang diikuti sekitar 100 khatib masjid dari tiga kecamatan, Kedopok, Wonoasih, dan Kademangan juga menghadirkan narasumber Gus M. Ghufron Hadi, Sekretaris Komisi Dakwah MUI.
Ustadz Wahyudi mencontohkan, masalah sosial-ekonomi umat perlu menjadi perhatian para khatib. Diceritakan, sekitar sepekan lalu, tepatnya Sabtu malam (27/7) lalu, Komisi Dakwah MUI mengunjungi anak-anak punk, anak-anak jalanan (anjal) yang ‘bermarkas’ di Pasar Gotong Royong, Kota Probolinggo.
Dikatakan penyebab terbanyak mereka menjadi anjal adalah faktor keretakan rumah tangga (broken home).
“Sisi lain di Kota Probolinggo angka perceraian luar biasa besar, sekitar 700 kasus. Sampai-sampai hakim di Pengadilan Agama tidak bisa menyelesaikan kasus perceraraian itu dalam setahun, harus dilanjutkan di tahun berikutnya,” ujar alumnus Universitas Al Azhar.
Sehingga sudah selayaknya, khatib pun mengangkat tema seperti, keluarga bahagia, kenakalan remaja, hingga problem sosial lainnya.
“Bukankan misi MUI itu seperti di Al Qur’an Surat Ali Imran: 110 terkait khaira ummat. Khaira ummat inilah yang akan menyelesaikan masalah-masalah umat,” kata Ustadz Wahyudi.
Gus Ghufron mengingatkan, masih ada sejumlah khatib di Kota Probolinggo yang berkhutbah dengan bahasa Arab. “Sebaiknya agar lebih komunikatif dan dimengerti jamaahnya, gunakan bahasa yang dimengerti mereka,” ujarnya.
Sementara Wakapolresta Kompol, Imam Pauji dalam sambutannya mengingatkan, agar para khatib juga mengangkat tema-tema aktual seperti, soal kamtibmas, deradikalisasi, hingga narkoba.
“Soal kamtibmas misalnya, semua ingin hidup aman. Bahkan saat shalat pun kita ingin suasananya aman,” katanya.
Dalam forum dialog, sejumlah khatib pun mendesak agar MUI menerbitkan buku panduan khutbah Jumat. Sebagian khatib menyatakan, dukungan terhadap langkah Pemkot Probolinggo menutup tempat-tempat hiburan malam.
Di akhir acara, dipandu Ketua Komisi Dakwa MUI, Dr KH M. Sulthon, para khatib akhirnya sepakat membuat pernyataan terkait penutupan tempat-tempat hiburan yang diduga menjadi ajang miras dan mesum itu. (*)
Penulis : Ikhsan Mahmudi
Editor : Effendi Muhammad
Tinggalkan Balasan