Menu

Mode Gelap
Pemdes Tempeh Tengah Ajak Warga Bantu Santri Keracunan HCL Ponpes Asy-Syarifiy 01 Tegaskan Tak Lalai, Kasus HCL Disebut Ulah Santri yang Iseng Pengurus PWI Pusat Dikukuhkan di Solo, Semangat Persatuan jadi Kunci Harmoni Lagu Anak Indonesia, Anak-anak Lereng Bromo Ikuti Lomba Bernyanyi Rampungkan Struktur Pengurus, PCNU Kota Kraksaan Sertakan 13 Doktor Parkir di Pinggir Jalan, Motor Warga Kebonsari Kulon Kota Probolinggo Raib Dimaling

Budaya · 19 Mei 2019 14:54 WIB

Klenteng Terbakar, Perayaan Waisak Tetap Khidmat


					Klenteng Terbakar, Perayaan Waisak Tetap Khidmat Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Kendati Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) atau Klenteng Sumber Naga terbakar namun tak mengurangi kekhidmatan pemeluk Budda yang merayakan Waisak, Minggu malam (19/5).

Persembahyangan yang diikuti ratusan jemaat itu berupa pembacaan ‘Paritta’ disertai sikap anjali yakni, tanda hormat dengan merapatkan telapak tangan.

Salah satu jemaat muda Viola Agustin (15) mengaku kali ini ibadahnya berbeda daripada tahun sebelumnya. Sebab di tengah kondisi berduka di mana klenteng di Jalan WR Soepratman, Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan terbakar pada Jumat (17/5).

“Meski tempat ibadah terbakar tetap khidmat beribadah. Sedih sebenarnya tapi kita harus tetap menjalani,” ucap dara cantik yang masih SMP ini.

Ritual “Pradaksina” dalam ibadah detik-detik menjelang Waisak. (Foto : Rahmad Soleh).

Ketua Klenteng Sumber Naga, Adi Sutanto Saputro mengatakan, dalam renungan Waisak peringatan hari Tri Suci Waisak bukan hanya sekadar diadakan ritual Waisak untuk berdoa dan memohon saja.

Ia mengatakan, umat Buddha harus menyadari hakikat kebuddhaan dan menyerapnya, berjuang untuk mengembangkan hati Buddha dan potensi kebudhaan dalam diri masing-masing.

“Kami mengajak umat Buddha pada Waisak tahun ini untuk menambah level objek umat Buddha dengan menjaga perbuatan menjadi baik sesuai dengan ajaran Guru Agung Sang Buddha Gautama. Meski tempat ibadah tengah ada musibah tetap semangat beribadah ke depan,” ucap pria yang memiliki nama Tionghoa, Ngo Cen Chung ini.

Dalam ibadah itu, selain membacakan ‘Paritta’ dan disertai sikap Anjali, juga ditutup dengan Pradaksina yakni membawa bunga disertai lilin dengan mengelilingi klenteng sebanyak tiga kali serta menyematkan lilin dan bunga melati di ruangan utama yang terbakar. (*)

 

 

Penulis: Rahmad Soleh

Editor: Ikhsan Mahmudi

Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Pemdes Tempeh Tengah Ajak Warga Bantu Santri Keracunan HCL

5 Oktober 2025 - 13:47 WIB

Harmoni Lagu Anak Indonesia, Anak-anak Lereng Bromo Ikuti Lomba Bernyanyi

4 Oktober 2025 - 17:08 WIB

Rampungkan Struktur Pengurus, PCNU Kota Kraksaan Sertakan 13 Doktor

4 Oktober 2025 - 16:31 WIB

Haru dan Bahagia! Kala Bupati Gus Haris Santuni Lansia Sebatang Kara di Kraksaan

3 Oktober 2025 - 19:07 WIB

Santri Minum HCL, Kemenag Evaluasi Keselamatan di Ponpes Lumajang

3 Oktober 2025 - 16:39 WIB

Babinsa Lumajang Patungan Perbaiki Rumah Nenek Miskin yang Tinggal di Kandang Sapi

3 Oktober 2025 - 13:38 WIB

Kapolres Probolinggo Peringatkan Anggotanya; Hindari Gaya Hidup Hedon, Bijak Bermedia Sosial

2 Oktober 2025 - 18:02 WIB

Siswa Berkebutuhan Khusus di Pandaan Rayakan Hari Batik dengan Membatik Bersama

2 Oktober 2025 - 17:29 WIB

Ratusan ASN Pemkot Probolinggo Ajukan Cerai, Mayoritas Diajukan Pihak Istri

1 Oktober 2025 - 18:17 WIB

Trending di Regional