Jember, – Luapan Sungai Bedadung menyebabkan dampak sangat luas di wilayah Kabupaten Jember.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember mencatat, sebanyak 1.428 Kartu Keluarga (KK) terdampak banjir yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Data yang dirilis Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Jember hingga Selasa (16/12/25) menunjukkan, banjir tidak hanya berdampak pada permukiman warga, tetapi juga merusak sejumlah fasilitas umum dan infrastruktur.
Dalam laporan tersebut, satu orang dinyatakan meninggal dunia.
Kerusakan tercatat meliputi sembilan fasilitas umum, lima rumah rusak ringan, satu rumah rusak sedang, satu rumah rusak berat, serta satu musala dengan kategori rusak sedang.
Selain itu, tiga jembatan mengalami rusak berat dan satu jembatan rusak ringan akibat terjangan banjir.
BPBD menyebutkan, wilayah terdampak tersebar di 10 kecamatan dan 19 desa atau kelurahan. Kecamatan Patrang meliputi Kelurahan Jember Lor dan Patrang.
Di Kecamatan Kaliwates, banjir terjadi di Kelurahan Jember Kidul, Kepatihan, Tegal Besar, dan Mangli.
Sementara di Kecamatan Sumbersari, dampak banjir menjangkau Kelurahan Kebonsari, Sumbersari, dan Tegal Boto Lor.
Kerusakan juga dilaporkan di Kecamatan Pakusari, yakni Desa Patemon dan Pakusari. Kecamatan Rambipuji terdampak di Desa Kaliwining, Nogosari, dan Rambipuji. Di Kecamatan Kalisat, banjir melanda Desa Glagahwero, Plalangan, dan Kalisat.
Adapun wilayah lainnya yang masuk dalam daftar terdampak yakni Desa Sumberbulus, Kecamatan Ledokombo, Desa Kemuningsari Lor, Kecamatan Arjasa, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, serta Desa Glundengan di Kecamatan Wuluhan.
Salah satu warga Perumahan Villa Indah Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, Buadi, mengaku mengalami kerugian cukup besar akibat banjir.
Bagian depan rumahnya ambrol setelah diterjang derasnya arus air, dengan perkiraan kerugian mencapai sekitar Rp20 juta.
“Saat ada tanda banjir, kami langsung menyelamatkan barang dan berkas penting,” kata Buadi, Kamis, (18/12/25).
Menurutnya, arus banjir datang dengan sangat cepat. Terkait keamanan permukiman di sekitar bantaran Sungai Bedadung, warga masih menunggu kejelasan dari pihak pengembang.
“Kalau warga sekitar, banyak yang setuju pindah karena risikonya besar,” ujarnya. (*)













