Pasuruan, – Slamet Abdul Mazid (50), buruh tani asal Dusun Regek, Desa Sambirejo, Kecamatan Rejoso, ditemukan meninggal dunia di tengah area persawahan Dusun Dadapan, Desa Patuguran, Rejoso, Selasa (18/11/2025) malam. Korban ditemukan dalam posisi mengambang dan tengkurap.
Kasi Humas Polres Pasuruan Kota, Iptu Mintarta menyatakan, bahwa korban pertama kali ditemukan warga sekitar pukul 20.30 WIB.
“Korban ditemukan warga sudah dalam kondisi mengambang di tengah sawah,” ujar Mintarta, Rabu (19/11/2025).
Sebelumnya, dijelaskan Mintarta, keluarga dan warga telah melakukan pencarian setelah korban tidak pulang sejak pagi. Korban diketahui keluar rumah sekitar pukul 09.00 WIB dan hingga sore hari tidak kembali.
“Pihak keluarga meminta bantuan warga untuk mencari keberadaannya,” tambah Mintarta.
Warga kemudian menelusuri sejumlah lokasi yang biasa didatangi korban, termasuk rumah rekannya yang kerap memancing bersama. Dari keterangan rekannya itu, diketahui bahwa korban biasa mencari lumut di daerah Albaka, Desa Rejoso Lor, serta di area persawahan Desa Patuguran.
Berdasarkan informasi tersebut, warga melanjutkan pencarian ke lokasi-lokasi itu. Upaya tersebut membuahkan hasil setelah warga menemukan sepeda motor korban terparkir di pinggir jalan area persawahan Dusun Dadapan. Pencarian kemudian diperluas ke area sawah di sekitar lokasi temuan sepeda motor.
Tak lama berselang, warga akhirnya menemukan tubuh korban dalam kondisi mengambang di tengah sawah.
Temuan itu kemudian dilaporkan ke Polsek Rejoso. Tak lama setelah menerima laporan, petugas datang ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan awal dan mengevakuasi jenazah.
“Korban kemudian dibawa ke RSUD dr. R. Soedarsono, Kota Pasuruan untuk dilakukan visum luar,” jelas Mintarta.
Dari hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Di lokasi kejadian, petugas menemukan ember bekas cat berisi lumut dan jaring pencari lumut yang diduga digunakan korban sebelum meninggal.
“Pihak keluarga menyampaikan bahwa korban memiliki riwayat darah tinggi dan menerima kejadian tersebut sebagai musibah,” pungkas Mintarta. (*)













