Lumajang, – Dalam peta politik lokal Jawa Timur, Kabupaten Lumajang sering kali dianggap sebagai salah satu daerah dengan dinamika politik yang unik dan tak jarang keras.
Pertarungan antar partai, tarik menarik kepentingan, serta relasi birokrasi yang kaku menjadikan Lumajang sebagai miniatur kompleksitas demokrasi lokal di Indonesia.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, arah angin berubah. Muncul satu sosok yang berhasil mengurai simpul-simpul konflik itu dan merajut harmoni di atas keragaman yang semula sulit dipersatukan. Ia adalah Indah Amperawati, Bupati Lumajang, yang oleh banyak kalangan kini mulai dijuluki sebagai politisi ulung.
Bukan tanpa alasan. Dalam waktu yang tergolong singkat, Bunda Indah, panggilan akrabnya, mampu mengubah wajah kepemimpinan Lumajang dari yang sebelumnya penuh friksi menjadi penuh kolaborasi. Dari politik transaksional menjadi politik substansial. Dari elitisme menjadi inklusivitas.
Bunda indah tak datang dari langit. Ia bukan elit instan. Karier panjangnya dimulai dari bawah, dari dunia birokrasi, pendidikan, hingga politik akar rumput.
Ia memahami denyut kehidupan masyarakat Lumajang bukan dari laporan tertulis, tetapi dari interaksi langsung selama puluhan tahun berkiprah di tengah-tengah masyarakat.
Ketika pertama kali terpilih sebagai bupati, banyak pihak meragukan. Apakah ia bisa bertahan di tengah kerasnya dinamika politik lokal? Apakah ia akan mampu membangun tanpa tersandera kepentingan kelompok tertentu?
Namun, perlahan namun pasti, keraguan itu terjawab. Tak hanya bertahan, Bunda Indah justru menegakkan tatanan baru, politik berbasis empati dan dialog.
Salah satu keberhasilan paling mencolok dari kepemimpinan Bunda Indah adalah kemampuannya merangkul semua pihak tanpa mengorbankan prinsip. Ia tidak mengusir lawan politik, tidak membungkam kritik, tidak memonopoli panggung.
Sebaliknya, ia membangun panggung bersama. Ia membuka ruang dialog lintas partai, bahkan menginisiasi forum komunikasi informal antar elit lokal yang selama ini nyaris tak pernah duduk bersama.
Melalui pendekatan yang merakyat dan komunikasi yang tidak kaku, Bunda Indah berhasil mengubah oposisi menjadi kolaborator. Kini, anggota DPRD menjadi mitra strategis dalam pengesahan anggaran dan kebijakan pembangunan.
Bukan berarti ia selalu mengiyakan semua pihak. Justru di sinilah letak kekuatan sebenarnya, tegas namun berempati.
Ia tak ragu menolak usulan yang bertentangan dengan prinsip tata kelola yang bersih. Ia juga tidak sungkan mengevaluasi pejabat yang dianggap tidak kompeten, meski punya kedekatan politik.
Salah satu contohnya adalah saat Bunda Indah memutasi seorang pejabat tinggi karena terbukti melakukan pelanggaran berat. Tindakan ini mengundang risiko politik, namun ia tak goyah.
“Saya tidak punya beban politik. Beban saya hanya satu, amanah rakyat,” katanya, Senin (20/10/25).
Bukan hanya elit yang dirangkul. Ia dikenal sebagai pemimpin yang sangat dekat dengan masyarakat. Ia rutin turun ke desa-desa, hadir dalam forum-forum kecil, mendengar langsung keluhan para petani, nelayan, buruh tani, guru honorer, bahkan janda-janda tua yang tinggal sendiri.
Ia membawa pendekatan yang tidak elitis, tidak berjarak. Ia tidak hanya datang ketika musim kampanye, tapi hadir ketika warga butuh solusi. Dalam beberapa kesempatan, warga bahkan menyambutnya tanpa pengawalan, karena merasa Bupati bukan tamu, tapi bagian dari mereka.
“Kalau Bu Indah datang, kita nggak merasa sedang dikunjungi pejabat. Kita merasa sedang dikunjungi keluarga,” kata Sutini, warga Desa Pasrujambe.
Tak kalah penting, Bunda Indah juga mereformasi birokrasi yang selama ini dianggap lamban dan berbelit-belit. Ia mempercepat pelayanan publik dengan digitalisasi, memangkas jalur birokrasi yang tak efisien, serta memperkuat pengawasan terhadap kinerja aparatur.
Kini, masyarakat Lumajang bisa mengurus berbagai dokumen hanya dalam hitungan menit, tidak lagi harus menunggu berhari-hari. ASN pun dituntut untuk bekerja cepat dan responsif.
“Bekerja di bawah Bu Indah itu harus siap cepat, siap melayani, dan siap berubah. Kalau tidak, ya pasti ketinggalan,” ujar seorang staf Dinas Dukcapil.
Hasil dari kepemimpinan Bunda Indah bukan hanya terasa dalam hal politik, tapi juga dalam kehidupan nyata masyarakat. Angka kemiskinan menurun, indeks pembangunan manusia meningkat.
Program-program seperti penguatan UMKM, beasiswa pendidikan, bantuan petani dan nelayan, serta revitalisasi pasar tradisional berjalan tanpa gaduh tapi berdampak nyata.
Tak hanya itu, ia juga menunjukkan perhatian besar terhadap penanganan bencana. Saat Gunung Semeru erupsi, Bunda Indah tercatat sebagai salah satu kepala daerah pertama yang terjun langsung ke lapangan, mengoordinasi evakuasi, dan memastikan semua warga terdampak mendapat bantuan. Keberaniannya berdiri di garis depan menjadi simbol keberpihakan nyata pada rakyat. (*)