Lumajang, – Di tengah cuaca yang tak menentu dan tantangan musim tanam, tembakau rajangan asal Kabupaten Lumajang tetap menunjukkan taringnya di pasar tembakau nasional, khususnya segmen premium.
Dua jenis andalan yakni, kasturi dan white burley, tetap menjadi incaran pabrikan rokok besar karena kualitasnya yang khas dan konsisten.
Meski musim tanam tahun ini diwarnai fenomena kemarau basah yakni, musim kemarau diwarnai turunnya hujan, petani tembakau Lumajang masih mampu menjaga mutu rajangan.
Hal ini terbukti dari harga jual yang tetap stabil, bahkan untuk kategori top grade, tembakau kasturi masih dihargai hingga Rp60.000 per kilogram, sementara white burley mencapai Rp57.000 per kilogram.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Lumajang, Dwi Wahyono menjelaskan, tantangan utama musim ini adalah kehilangan unsur hara karena pemupukan kurang maksimal.
“Kalau masa tanam sering hujan, otomatis pupuk ikut hanyut, dan ini berpengaruh pada hasil tanaman. Akibatnya grade tembakau bisa turun,” katanya, Senin (22/9/25).
Namun demikian, daya tarik tembakau Lumajang tak luntur. Aroma yang khas, warna rajangan cerah, dan kadar nikotin yang seimbang membuatnya tetap diminati pabrikan, terutama untuk produksi rokok kelas atas.
“Selama kualitas rajangan dijaga, petani tetap bisa meraih harga tinggi. Pasar tembakau Lumajang tetap kompetitif,” tambah Dwi.
Daya saing tembakau Lumajang tidak hanya terletak pada cita rasa, tetapi juga karakter tanah dan kondisi mikroklimat lokal yang sulit ditiru daerah lain. Inilah yang menjadikan tembakau dari lereng Gunung Semeru ini punya keunggulan tersendiri.
“Permintaan pabrikan masih kuat. Selama kualitasnya sesuai standar, tembakau Lumajang selalu jadi pilihan utama,” pungkasnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra