Jember,- Di balik panggung megah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXXI tingkat Provinsi Jawa Timur 2025 yang digelar di Kabupaten Jember, ada kisah perjuangan seorang qori asal kota tembakau, Herman.
Pria muda ini tampil sebagai peserta cabang tilawah dewasa, mewakili daerah kelahirannya, Kabupaten Jember, dengan semangat membumikan Al-Qur’an.
“Alhamdulillah, tentunya sangat bersyukur ya, karena memang tidak semua bisa memiliki kesempatan yang sama. Tahun ini kami diberikan kesempatan untuk mewakili Kabupaten Jember di tingkat Provinsi Jawa Timur,” tutur Herman dengan penuh syukur.
Perjalanan Herman dalam tilawah bukanlah cerita singkat. Ia mulai belajar sejak tahun 2006, saat duduk di bangku kelas 6 SD. Dari situlah cintanya kepada seni membaca Al-Qur’an tumbuh hingga kini.
Meski kini sudah bekerja, ia tetap konsisten berlatih. Sejak 2017, Herman juga menjadi muazin di Masjid Roudhotul Muchlisin yang berada di Kaliwates, Jember. Dari jadwal adzan itulah ia sering meluangkan waktu untuk berlatih tilawah.
“Biasanya sebelum adzan itu 15 menit saya gunakan latihan. Dulu seminggu bisa sampai 12 kali, sekarang sekitar 9 kali karena muazinnya sudah bertambah,” ujarnya sambil tersenyum.
Namun, di balik dedikasi itu, Herman mengakui ada tantangan besar yang harus ia hadapi.
“Tantangan terberat sebenarnya ada pada diri kita sendiri, bagaimana membagi waktu. Selain itu menjaga kondisi fisik juga penting, karena qori butuh stamina yang bagus. Kalau tidak fit, sulit bersuara tinggi,” papar dia.
Untuk menjaga kualitas suara, Herman punya kebiasaan sederhana. Ia menghindari begadang, rutin berolahraga, serta menjauhi minuman es agar tidak mudah terkena flu.
Sesekali, ia juga melakukan gurah untuk membersihkan saluran pernapasan, meski tidak dilakukan menjelang lomba.
Di balik perjuangannya, doa keluarga menjadi sumber kekuatan. “Alhamdulillah, dukungan keluarga luar biasa. Almarhum ayah dan ibu sangat mendukung, begitu juga istri dan guru-guru saya. Semua memberikan doa terbaik,” kata Herman.
Bagi Herman, tampil di MTQ bukan hanya soal kompetisi. Lebih dari itu, ada misi besar yang ia bawa.
“Motivasi terbesar saya adalah ingin membumikan Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an bukan untuk dipuji karena suara bagus, tapi lillahi ta’ala,” tutur Herman.
Menutup pembicaraan, Herman menyampaikan harapannya. “Untuk diri sendiri, semoga bisa semakin istiqamah. Untuk sesama kafilah, semoga MTQ ini menumbuhkan rasa cinta kita kepada Al-Qur’an,” ia memungkasi. (***)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra