Menu

Mode Gelap
Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo Anggaran Zonk, Persipro 54 Diambang Kegagalan Ikuti Liga 4 Jawa Timur Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah GMNI Jember Lurug Kantor DPRD, Desak Reformasi Polri hingga Transparansi DPR Pemuda di Pasuruan Dikeroyok Gara-gara Serempetan Motor, Satu Pelaku Ditangkap Kekeringan Meluas, BPBD Kabupaten Probolinggo Petakan Daerah Rawan Krisis Air Bersih

Sosial · 25 Jul 2025 18:24 WIB

Keras dan Berfrekuensi Tinggi, Pakar Fisika Ingatkan Sound Horeg Punya Dampak Fisik Serius


					Kaprodi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (TIPA), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), UIN KH Achmad Siddiq Jember, Dinar Maftukh Fajar, saat menjelaskan ilustrasi frekuensi. (Foto: M. Abd Rozak Mubarok) Perbesar

Kaprodi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (TIPA), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), UIN KH Achmad Siddiq Jember, Dinar Maftukh Fajar, saat menjelaskan ilustrasi frekuensi. (Foto: M. Abd Rozak Mubarok)

Jember,- Fenomena sound horeg yang sering terdengar di hajatan dan parade jalanan dinilai bukan sekedar masalah selera musik atau kebisingan yang mengganggu kenyamanan.

Menurut pakar, penggunaan puluhan speaker dengan volume ekstrem berpotensi membahayakan kesehatan, terutama alat pendengaran manusia.

Kaprodi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (TIPA), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), UIN KH Achmad Siddiq Jember, Dinar Maftukh Fajar, menyebutkan bahwa suara sound horeg dapat mencapai lebih dari 130 desibel.

Angka tersebut, dijelaskan Dinar, jauh melebihi ambang batas aman bagi telinga manusia yang berkisar 60–85 desibel.

“Jika mendengar suara dengan intensitas di atas 120 desibel selama lebih dari satu menit, risiko kerusakan permanen pada gendang telinga sangat besar,” bebernya, Jumat (25/7/25).

Sebagai perbandingan, lanjutnya, percakapan normal berada pada kisaran 60 dB, suasana pasar berkisar 70–80 dB, sementara suara di dekat rel kereta mencapai 90 dB.

Dengan angka 130 dB, sound horeg masuk kategori ekstrem dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan jika terjadi terus-menerus.

Tak hanya intensitas suara yang menjadi ancaman. Dinar menjelaskan, frekuensi bunyi juga memiliki dampak serius melalui fenomena resonansi. Ketika frekuensi bunyi sama dengan frekuensi alami suatu benda, maka benda tersebut bisa ikut bergetar hebat.

“Jika amplitudonya besar, getaran akibat resonansi bisa menimbulkan kerusakan bahkan kehancuran,” imbuh akademisi berkacamata ini.

Ia mencontohkan, peristiwa ambruknya Tacoma Narrows Bridge di Amerika Serikat pada tahun 1940 akibat resonansi antara tiupan angin dan struktur jembatan.

Fenomena ini menjadi pengingat, bahwa penggunaan sound horeg dengan intensitas berlebihan tidak hanya mengganggu lingkungan. “Tetapi juga menyimpan potensi bahaya bagi pendengaran dan bahkan struktur di sekitarnya,” tutupnya. (*)

 


Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra


 

Artikel ini telah dibaca 59 kali

Baca Lainnya

Kekeringan Meluas, BPBD Kabupaten Probolinggo Petakan Daerah Rawan Krisis Air Bersih

9 September 2025 - 15:30 WIB

Jalur Gumitir Dibuka Lebih Awal, DPRD Jember Ingatkan Pengguna Jalan Soal Hal ini

2 September 2025 - 20:54 WIB

Kabar Baik! Jalur Gumitir Jember-Banyuwangi Bisa Dilintasi Mulai 4 September 2025

2 September 2025 - 18:45 WIB

Haul KH Abdul Hamid, Emil Dardak Serukan Jaga Persatuan dan Kedamaian

2 September 2025 - 16:35 WIB

Antisipasi Macet, Polres Pasuruan Atur Penyekatan dan Kantong Parkir untuk Haul KH Abdul Hamid ke-44

1 September 2025 - 21:09 WIB

Gelombang Demonstrasi di Gedung DPRD Kota Probolinggo, Mahasiswa Tuntut Keadilan dan Reformasi

1 September 2025 - 20:14 WIB

PT. KAI Daop 9 Jember Eksekusi Aset Rumah Dinas di Kota Probolinggo, Diklaim Penghuni Sejak 2005

1 September 2025 - 17:52 WIB

Polres Pasuruan Gandeng Kepala Desa Jaga Kondusivitas

1 September 2025 - 17:42 WIB

Jaga Kondusivitas, Polres Pasuruan Perketat Pengamanan Jalan Provinsi

1 September 2025 - 17:30 WIB

Trending di Sosial