Menu

Mode Gelap
Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo Anggaran Zonk, Persipro 54 Diambang Kegagalan Ikuti Liga 4 Jawa Timur Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah GMNI Jember Lurug Kantor DPRD, Desak Reformasi Polri hingga Transparansi DPR Pemuda di Pasuruan Dikeroyok Gara-gara Serempetan Motor, Satu Pelaku Ditangkap Kekeringan Meluas, BPBD Kabupaten Probolinggo Petakan Daerah Rawan Krisis Air Bersih

Ekonomi · 24 Jul 2025 19:37 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama


					Petani semangka di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember saat menyiram tanamannya. (Foto: M. Abd Rozaq Mubarok).
Perbesar

Petani semangka di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember saat menyiram tanamannya. (Foto: M. Abd Rozaq Mubarok).

Jember – Memasuki musim kemarau, petani semangka di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, justru dihadapkan pada persoalan yang tidak terduga. Bukan ketersediaan air, melainkan serangan jamur yang kerap mengancam hasil panen.

Suryadi, petani semangka yang telah tujuh tahun mengelola lahan setengah hektare, mengaku tidak mengalami kesulitan air meski dekat dengan garis pantai selatan.

“Air sumur di sini tetap tawar dan cukup untuk menyiram tanaman setiap dua hari sekali,” katanya, Kamis (24/7/25).

Ancaman sebenarnya, lanjutnya, datang dari penyakit bercak daun akibat jamur patogen seperti, Cercospora dan Alternaria.

“Kalau terlambat semprot fungisida, daun cepat rusak dan buahnya tidak bisa besar,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi, Suryadi rutin menyemprotkan fungisida setiap 7–10 hari sekali. Namun, ia menyayangkan tidak adanya pendampingan teknis dari penyuluh pertanian lapangan (PPL).

“Selama ini saya belajar sendiri dan tanya-tanya ke petani lain. Penyuluh belum pernah datang ke sini,” keluhnya.

Suryadi menanam varietas Madrid dengan bibit merek Bintang Asia. Dalam satu kali panen, ia mampu menghasilkan hingga 17 ton. Dan dalam setahun ia bisa panen empat kali, tergantung kondisi cuaca.

Harga semangka yang ia jual secara tebasan dari lahan bervariasi, mulai Rp8.000 per kilogram saat permintaan tinggi hingga turun ke Rp4.000 ketika pasar jenuh.

“Kalau buah serentak matang, bisa panen tiap empat hari sekali,” jelasnya.

Suryadi berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, terutama terkait edukasi pengendalian penyakit tanaman agar petani tidak terus-menerus mengandalkan pengalaman pribadi yang serba terbatas. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 40 kali

Baca Lainnya

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Petani Tebu Lumajang Akhirnya Sumringah, Tumpukan Gula di Gudang Terjual Rp.79,7 Miliar

5 September 2025 - 19:13 WIB

Impor Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Konsumsi, Gula Petani Lokal Tak Terserap

4 September 2025 - 10:59 WIB

Kebanjiran Order, Persewaan Baju Karnaval di Pasuruan Raup Puluhan Juta

24 Agustus 2025 - 17:18 WIB

Dari Dapur Nenek ke Meja Milenial, Makanan Tradisional yang Menyatukan Zaman

24 Agustus 2025 - 15:15 WIB

Target Luas Tanam Tembakau di Kabupaten Probolinggo Belum Tercapai

18 Agustus 2025 - 17:22 WIB

Harga Tembakau di Probolinggo Mulai Melonjak, Tembus Rp 66 Ribu/Kg

15 Agustus 2025 - 14:48 WIB

Trending di Ekonomi