Menu

Mode Gelap
Polemik Sound Horeg, Kiai di Jember Siap Jalankan Fatwa MUI namun Tunggu Instruksi Gubernur Keras dan Berfrekuensi Tinggi, Pakar Fisika Ingatkan Sound Horeg Punya Dampak Fisik Serius Kawanan Maling Gasak Dua Motor di Triwungan Probolinggo, Terekam CCTV Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung Gadis 14 Tahun di Pasuruan Jadi Korban Asusila, Ayah Kandung Turut Jadi Tersangka Bersama Enam Pria Lain Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

Ekonomi · 24 Jul 2025 19:37 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama


					Petani semangka di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember saat menyiram tanamannya. (Foto: M. Abd Rozaq Mubarok).
Perbesar

Petani semangka di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember saat menyiram tanamannya. (Foto: M. Abd Rozaq Mubarok).

Jember – Memasuki musim kemarau, petani semangka di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, justru dihadapkan pada persoalan yang tidak terduga. Bukan ketersediaan air, melainkan serangan jamur yang kerap mengancam hasil panen.

Suryadi, petani semangka yang telah tujuh tahun mengelola lahan setengah hektare, mengaku tidak mengalami kesulitan air meski dekat dengan garis pantai selatan.

“Air sumur di sini tetap tawar dan cukup untuk menyiram tanaman setiap dua hari sekali,” katanya, Kamis (24/7/25).

Ancaman sebenarnya, lanjutnya, datang dari penyakit bercak daun akibat jamur patogen seperti, Cercospora dan Alternaria.

“Kalau terlambat semprot fungisida, daun cepat rusak dan buahnya tidak bisa besar,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi, Suryadi rutin menyemprotkan fungisida setiap 7–10 hari sekali. Namun, ia menyayangkan tidak adanya pendampingan teknis dari penyuluh pertanian lapangan (PPL).

“Selama ini saya belajar sendiri dan tanya-tanya ke petani lain. Penyuluh belum pernah datang ke sini,” keluhnya.

Suryadi menanam varietas Madrid dengan bibit merek Bintang Asia. Dalam satu kali panen, ia mampu menghasilkan hingga 17 ton. Dan dalam setahun ia bisa panen empat kali, tergantung kondisi cuaca.

Harga semangka yang ia jual secara tebasan dari lahan bervariasi, mulai Rp8.000 per kilogram saat permintaan tinggi hingga turun ke Rp4.000 ketika pasar jenuh.

“Kalau buah serentak matang, bisa panen tiap empat hari sekali,” jelasnya.

Suryadi berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, terutama terkait edukasi pengendalian penyakit tanaman agar petani tidak terus-menerus mengandalkan pengalaman pribadi yang serba terbatas. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 18 kali

Baca Lainnya

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Piodalan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung Gerakkan Ekonomi Warga Senduro

13 Juli 2025 - 14:49 WIB

Kunjungi Jember, Wamentan Dorong Peningkatan Produksi Padi

11 Juli 2025 - 20:41 WIB

Piwadalan di Pura Senduro Lumajang Jadi Simpul Tumbuhnya Ekonomi Inklusif

11 Juli 2025 - 14:20 WIB

Trending di Ekonomi