Lumajang, – Di tengah semilir angin dan hijaunya persawahan Desa Labruk Kidul, Kecamatan Sumbersuko, Lumajang senyum haru menyambut pagi yang berbeda.
Seorang perempuan sepuh, yang biasa dipanggil Mbah Buati, kini memulai harinya di tempat yang jauh lebih layak daripada sebelumnya.
Rumah berdinding tembok, beratap kokoh, dan yang terpenting memiliki kamar mandi bersih telah resmi menjadi miliknya.
Bukan karena warisan atau hasil undian, melainkan buah dari kepedulian pemerintah terhadap mereka yang selama ini hidup dalam ketidakberdayaan.
Bantuan ini bukan sekadar formalitas administratif, melainkan bagian dari strategi menyeluruh yang berangkat dari rasa empati dan kehadiran nyata negara bagi rakyatnya. Hari Jumat, 26 Juni 2025, menjadi momen penuh makna bagi Mbah Buati.
Kunjungan langsung Bupati Lumajang, Indah Amperawati yang akrab disapa Bunda Indah bersama Wakil Bupati Yudha Adji Kusuma, menjadi penanda bahwa pemerintah tidak hanya menyusun program dari balik meja. Keduanya juga hadir langsung di titik-titik paling rawan kemiskinan.
“Ini bukan sekadar renovasi rumah. Kita sedang membangun kembali kehidupan yang lebih manusiawi bagi warga yang benar-benar membutuhkan,” ungkap Bunda Indah saat berdiri di depan rumah baru Mbah Buati.
Ia tak sekadar menyampaikan pidato seremonial, melainkan menyentuh persoalan mendasar. Yaitu, akses terhadap tempat tinggal layak adalah hak setiap warga negara.
Mbah Buati, yang selama ini hidup dalam rumah semi permanen yang nyaris roboh, kini menikmati hari-hari yang lebih nyaman. Rumah barunya tidak hanya kokoh, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas dasar seperti kamar mandi, tempat tidur yang layak, dan bantuan pangan harian.
Pemerintah daerah bahkan memastikan kebutuhan makan tiga kali sehari bagi lansia seperti dirinya dapat terpenuhi, lewat kolaborasi lintas sektor yang melibatkan perangkat desa hingga dinas sosial.
“Bantuan rumah ini difokuskan kepada mereka yang benar-benar tidak mampu, sebagai bentuk kehadiran negara di tengah-tengah rakyat,” tegas Bunda Indah.
Program ini bukan sekadar proyek pembangunan fisik, melainkan bagian dari visi besar penanggulangan kemiskinan ekstrem secara sistematis dan berkelanjutan.
Senada dengan itu, Wakil Bupati Yudha Adji Kusuma menambahkan, bahwa program RTLH adalah fondasi awal menuju kehidupan yang lebih sehat dan bermartabat. Ia mengapresiasi keterlibatan aktif perangkat Desa Labruk Kidul dalam menjaring data penerima manfaat, serta menciptakan iklim sosial yang saling peduli.
“Kami ingin desa ini terus menjadi contoh desa yang guyub, rukun, dan saling membantu,” katanya.
Cerita Mbah Buati hanyalah satu dari sekian potret perubahan yang terjadi di Lumajang. Namun cerita ini penting karena ia menunjukkan bahwa perubahan sosial tidak harus dimulai dari proyek besar yang megah.
Kata dia, terkadang, perubahan paling bermakna justru datang dari keberanian untuk memulai dari yang paling mendasar yakni, terserianya tempat tinggal yang layak bagi satu jiwa.
“Pembangunan tidak akan berarti jika masih ada satu orang yang tidur di lantai tanah, tanpa atap yang layak,” jelas Bupati Lumajang.
Bagi Mbah Buati, rumah baru ini bukan sekadar bangunan, melainkan harapan. Harapan untuk hari-hari yang tidak lagi dihantui rasa takut atap bocor saat hujan, atau berjalan jauh hanya untuk buang air. Harapan akan perhatian yang selama ini mungkin terasa jauh, kini hadir nyata di depan mata.
“Saya tidak bisa berkata apa-apa selain bersyukur. Saya tidak pernah membayangkan akan tinggal di rumah sebagus ini,” tuturnya.
Untuk diketahui, program RTLH di Kabupaten Lumajang bukanlah program baru, namun pelaksanaannya terus diperbarui agar lebih tepat sasaran.
Data penerima diseleksi secara ketat, dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan RT, RW, dan kepala desa.
Bantuan ini menyasar kelompok yang masuk dalam kategori kemiskinan ekstrem. Yakni, mereka yang tidak hanya miskin secara ekonomi, tetapi juga rentan secara sosial dan fisik.
Melalui pendekatan itu, Kabupaten Lumajang menargetkan pengurangan signifikan jumlah warga dalam kategori kemiskinan ekstrem pada 2026.
Tahun ini, ratusan unit rumah telah direnovasi atau dibangun dari nol, menyasar titik-titik kantong kemiskinan di berbagai kecamatan. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra