Menu

Mode Gelap
Jalur Piket Lumajang Sudah Bisa Dilewati Roda Empat Pradaksina, Ritual Puncak Perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo Banyak Sampah Tersangkut di DAM Kelep, Sungai Legundi Meluap Longsor Tutup Jalur Piket Nol KM 55 Lumajang, Hanya Bisa Dilalui Roda Dua Wagub Emil Dardak Soroti Kerusakan Tanggul Kebondeli Lumajang, begini Responsnya Penyisiran Amunisi Truk TNI Terbakar Dihentikan, Warga Diminta Tetap Waspada

Budaya · 13 Mei 2025 08:54 WIB

Pradaksina, Ritual Puncak Perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo


					SAKRAL: Ritual Pradaksina atau mengelilingi klenteng oleh umat Budha Klenteng Tri Dharma Sumber Naga menjadi puncak ritual Waisak di Kota Probolinggo. (foto: Hafiz Rozani).
Perbesar

SAKRAL: Ritual Pradaksina atau mengelilingi klenteng oleh umat Budha Klenteng Tri Dharma Sumber Naga menjadi puncak ritual Waisak di Kota Probolinggo. (foto: Hafiz Rozani).

Probolinggo,- Setelah prosesi memandikan Rupang Budha Kecil, umat Budha di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, pada Senin malam (12/5/25), umat melaksanakan peribadatan Hari Raya Waisak.

Salah satu prosesi peribadatan Waisak yakni Pradaksina atau mengelilingi klenteng sebanyak 3 kali, yang merupakan puncak ritual.

Perayaan Hari Raya Waisak yang dilaksanakan di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga ini diikuti oleh sekitar 100 jemaat umat Budha. Perayaan diawali dengan sembahyang bersama yang dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB.

Kemudian, tepat pukul 20.15 WIB prosesi dilanjutkan dengan ritual Pradaksina, atau mengelilingi klenteng sebanyak 3 kali. Ritual ini memiliki makna sebagai penghormatan yang dilakukan bersama dengan meditasi sambil berjalan searah jarum jam mengelilingi klenteng.

“Jadi ritual Pradaksina ini rutin kami laksanakan menjelang detik-detik Waisak. Dulu saat prosesi Pradaksina, saat mengelilingi klenteng kami membawa lilin, namun pasca kebakaran, kami tidak membawa lilin,” kata Ketua 2 Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, Erfan Sujianto.

Sebagai gantinya, selama berkeliling klenteng sebanyak 3 kali, umat Budha membawa lampu lampion serta bunga sedap malam. Lampion ini melambangkan penerangan, sedangkan bunga sedap malam menjadi simbol ketidakkekalan.

Dulu, ritual Pradaksina dianggap sebagai ritual untuk mengusir roh jahat. Namun saat ini ritual dimaknai sebagai penghormatan tertinggi dalam ajaran Budha.

“Setelah Pradaksina, dilanjutkan dengan pembacaan Paritta Suci menjelang detik-detik Waisak pada pukul 23.54 WIB. Dalam hal ini, kita memperingati 3 momen penting yakni lahirnya Budha, Budha mencapai kesempurnaan, dan wafatnya Budha,” imbuh Erfan.

Salah satu umat Budha asal Probolinggo, Riki mengaku bersyukur bisa mengikuti ritual 3 momen penting dalam Waisak meski hujan deras mengguyur selama prosesi berlangsung.

“Bersamaan dengan perayaan Hari Raya Waisak, saya berharap seluruh makhluk hidup dapat berbahagia,” harap Riki. (*)

 


Editor: Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Pariwisata Lumajang Butuh Inklusi Pelaku Lokal, Bukan Sekadar Panggung untuk EO Luar

11 Mei 2025 - 16:10 WIB

Harjakabpro ke-279, Ada Selametan Bumi di Alun-alun Kraksaan

10 Mei 2025 - 06:34 WIB

Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan

3 Mei 2025 - 20:50 WIB

Kontes Domba Lumajang 2025 Diikuti 65 Peserta

24 April 2025 - 16:24 WIB

Umat Hindu Bromo Rayakan Galungan, Begini Kemeriahannya

23 April 2025 - 22:18 WIB

Pantai Mbah Drajid Jadi Jujukan Warga Mandi di Laut saat Lebaran Ketupat

7 April 2025 - 16:24 WIB

Kapolres Pasuruan Kota Terbitkan Edaran Jelang Praonan, Ini Aturannya

5 April 2025 - 16:13 WIB

Sosok Kakek Calang, Pembabat Desa Kamalkuning Probolinggo (2)

5 April 2025 - 12:41 WIB

Sosok Kakek Calang, Pembabat Desa Kamalkuning Probolinggo (1)

4 April 2025 - 20:35 WIB

Trending di Budaya