Menu

Mode Gelap
Toyota Avanza Warga Alassumur Kulon Probolinggo Terbakar, Kerugian Ratusan Juta Kakak-beradik Atlet Balap Motor asal Kota Probolinggo Sabet 2 Medali Porprov Jatim 2025 Diduga Ayan Kambuh Saat Berkendara, Pemotor di Pasuruan Tewas Tabrak Rumah Survei The Republic Institute, Tingkat Kepuasan Terhadap Bupati dan Wakil Bupati Jember Capai 82,8 Persen Tersangka Pembunuhan Wanita di Pasuruan Ngaku Kenal Korban Sejak 4 Tahun Lalu Jelang Terima SK PPPK, Guru di Lumajang Meninggal Dunia

Budaya · 5 Okt 2024 13:25 WIB

Umat Hindu Tengger Sembahyang Hari Raya Kuningan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung


					Dengan khidmat, umat Hindu melakukan persembahyangan. Perbesar

Dengan khidmat, umat Hindu melakukan persembahyangan.

Lumajang, – Untuk melakukan sembahyang di Hari Raya Kuningan, ribuan umat Hindu Tengger di lereng Gunung Semeru memadati Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Sabtu (5/10/24).

Pembimbing Masyarakat Hindu (Pembimas) dari Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur (Jatim), Budiono mengatakan, pelaksanaan upacara persembahyangan ini dilakukan setiap enam bulan sekali.

“Persembahyangan Hari Raya Kuningan ini merupakan perayaan kemenangan dari dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan),” kata Budiono.

Sebelum melakukan persembahyangan, kata Budiono, masyarakat terlebih dahulu meletakkan banten atau sesajen. Setelah itu, dengan khidmat, umat Hindu melakukan persembahyangan.

“Untuk berdoa dan mengucapkan puji-pujian kepada para dewa dan leluhur, memohon keselamatan, keberkahan, dan kebahagiaan bagi keluarga dan komunitas,” ungkapnya.

Hari Raya Kuningan sering kali disamakan dengan Hari Suci Galungan karena perayaannya yang sangat berdekatan. Padahal, kedua hari besar tersebut berbeda. Hari Raya Kuningan juga sering disebut dengan Tumpek Kuningan.

Hari raya ini merupakan saat pemujaan kepada Dewa Pitara. Pada Hari Kuningan, umat Hindu percaya Bhatara dan Pitara turun ke bumi hanya sampai setengah hari.

“Karena itu, perayaan umumnya dilakukan hingga setengah hari saja, di mana umat Hindu melakukan ritual ibadah kepada dewa dan leluhur,” katanya.

“Ritual ini melibatkan pemberian sesajen berisi ajengan berwarna kuning, meskipun beberapa juga menggunakan sesajen tanpa nasi kuning,” tambahnya.

Untuk diketahui, Hari Raya Kuningan salah satu hari raya yang paling penting bagi umat Hindu di Indonesia, terutama di Kabupaten Lumajang.

Umat Hindu Lumajang melakukan serangkaian upacara dan ritual untuk menghormati leluhurnya, serta memperkuat hubungan spiritual dengan alam semesta. Salah satu aspek utama dari perayaan Hari Raya Kuningan adalah pemujaan terhadap roh-roh leluhur. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 170 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dihadiri Menteri Kebudayaan, Dua Dukun Pandita Dikukuhkan di Pura Luhur Poten

11 Juni 2025 - 14:37 WIB

Mengenal Sate Lanjeng, Tradisi Tahunan Santri Bani Rancang Probolinggo saat Idul Adha

10 Juni 2025 - 06:35 WIB

Ngater Kajien Iringi Keberangkatan Belasan Jamaah Calon Haji asal Pulau Gili Ketapang

25 Mei 2025 - 13:17 WIB

Desa Senduro, Permata Lumajang dalam Program Berseri: dari Alam hingga Moderasi Beragama

19 Mei 2025 - 17:20 WIB

Pradaksina, Ritual Puncak Perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo

13 Mei 2025 - 08:54 WIB

Pariwisata Lumajang Butuh Inklusi Pelaku Lokal, Bukan Sekadar Panggung untuk EO Luar

11 Mei 2025 - 16:10 WIB

Batu Badar Besi Semeru, Ikon Langka dari Lumajang

11 Mei 2025 - 10:26 WIB

Harjakabpro ke-279, Ada Selametan Bumi di Alun-alun Kraksaan

10 Mei 2025 - 06:34 WIB

Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan

3 Mei 2025 - 20:50 WIB

Trending di Budaya