Menu

Mode Gelap
Aksi Pengeroyokan di Gondangwetan, Korban Luka, Pelaku Terjatuh Kecelakaan Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli Polres Probolinggo Gagalkan Peredaran Sabu dan Ratusan Ribu Pil Okerbaya Kemasan Vitamin Ternak Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September Luka Parah Akibat Ledakan Bondet, Maling Motor di Grati Pasuruan Akhirnya Tewas

Budaya · 5 Okt 2024 13:25 WIB

Umat Hindu Tengger Sembahyang Hari Raya Kuningan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung


					Dengan khidmat, umat Hindu melakukan persembahyangan. Perbesar

Dengan khidmat, umat Hindu melakukan persembahyangan.

Lumajang, – Untuk melakukan sembahyang di Hari Raya Kuningan, ribuan umat Hindu Tengger di lereng Gunung Semeru memadati Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Sabtu (5/10/24).

Pembimbing Masyarakat Hindu (Pembimas) dari Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur (Jatim), Budiono mengatakan, pelaksanaan upacara persembahyangan ini dilakukan setiap enam bulan sekali.

“Persembahyangan Hari Raya Kuningan ini merupakan perayaan kemenangan dari dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan),” kata Budiono.

Sebelum melakukan persembahyangan, kata Budiono, masyarakat terlebih dahulu meletakkan banten atau sesajen. Setelah itu, dengan khidmat, umat Hindu melakukan persembahyangan.

“Untuk berdoa dan mengucapkan puji-pujian kepada para dewa dan leluhur, memohon keselamatan, keberkahan, dan kebahagiaan bagi keluarga dan komunitas,” ungkapnya.

Hari Raya Kuningan sering kali disamakan dengan Hari Suci Galungan karena perayaannya yang sangat berdekatan. Padahal, kedua hari besar tersebut berbeda. Hari Raya Kuningan juga sering disebut dengan Tumpek Kuningan.

Hari raya ini merupakan saat pemujaan kepada Dewa Pitara. Pada Hari Kuningan, umat Hindu percaya Bhatara dan Pitara turun ke bumi hanya sampai setengah hari.

“Karena itu, perayaan umumnya dilakukan hingga setengah hari saja, di mana umat Hindu melakukan ritual ibadah kepada dewa dan leluhur,” katanya.

“Ritual ini melibatkan pemberian sesajen berisi ajengan berwarna kuning, meskipun beberapa juga menggunakan sesajen tanpa nasi kuning,” tambahnya.

Untuk diketahui, Hari Raya Kuningan salah satu hari raya yang paling penting bagi umat Hindu di Indonesia, terutama di Kabupaten Lumajang.

Umat Hindu Lumajang melakukan serangkaian upacara dan ritual untuk menghormati leluhurnya, serta memperkuat hubungan spiritual dengan alam semesta. Salah satu aspek utama dari perayaan Hari Raya Kuningan adalah pemujaan terhadap roh-roh leluhur. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 241 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kemeriahan Maulid Nabi di Pasuruan, Warga Berebut Barang dalam Tradisi Arebbuan

5 September 2025 - 10:53 WIB

Padepokan Fashion Carnaval Probolinggo, Kuatkan Identitas Kebudayaan Indonesia

31 Agustus 2025 - 20:40 WIB

Terinspirasi Pejuang Kemerdekaan, Peserta Tajemtra Berusia 70 Tahun ini Tuntaskan Rute 30 KM

24 Agustus 2025 - 08:33 WIB

15 Ribu Peserta Semarakkan Tajemtra 2025, Termasuk WNA China

24 Agustus 2025 - 02:02 WIB

Tajemtra 2025 Siap Digelar, 15.171 Peserta Terdaftar

22 Agustus 2025 - 19:22 WIB

Dorong Wisatawan Kenali Budaya Tengger, Bupati Gus Haris Siapkan Kalender Even di Bromo

9 Agustus 2025 - 20:51 WIB

Hari Raya Karo, 3 Desa Lereng Bromo Probolinggo Gelar Ritual Tari Sodoran

9 Agustus 2025 - 18:19 WIB

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan

28 Juli 2025 - 18:00 WIB

Trending di Budaya