Menu

Mode Gelap
Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06 Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek Ratusan Fotografer Serbu Safari Prigen, Buru Momen Satwa Terbaik Portal Jalan Tambakrejo–Lumbang Ditata Ulang, Mobil Damkar Jadi Tolak Ukur Di Kota Probolinggo, Bayi Perempuan Ditemukan di Teras Rumah, Dilengkapi Surat Wasiat Stok BBM di Jember Kini Normal, Mobilitas Masyarakat Kembali Lancar

Budaya · 5 Okt 2024 13:25 WIB

Umat Hindu Tengger Sembahyang Hari Raya Kuningan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung


					Dengan khidmat, umat Hindu melakukan persembahyangan. Perbesar

Dengan khidmat, umat Hindu melakukan persembahyangan.

Lumajang, – Untuk melakukan sembahyang di Hari Raya Kuningan, ribuan umat Hindu Tengger di lereng Gunung Semeru memadati Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Sabtu (5/10/24).

Pembimbing Masyarakat Hindu (Pembimas) dari Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur (Jatim), Budiono mengatakan, pelaksanaan upacara persembahyangan ini dilakukan setiap enam bulan sekali.

“Persembahyangan Hari Raya Kuningan ini merupakan perayaan kemenangan dari dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan),” kata Budiono.

Sebelum melakukan persembahyangan, kata Budiono, masyarakat terlebih dahulu meletakkan banten atau sesajen. Setelah itu, dengan khidmat, umat Hindu melakukan persembahyangan.

“Untuk berdoa dan mengucapkan puji-pujian kepada para dewa dan leluhur, memohon keselamatan, keberkahan, dan kebahagiaan bagi keluarga dan komunitas,” ungkapnya.

Hari Raya Kuningan sering kali disamakan dengan Hari Suci Galungan karena perayaannya yang sangat berdekatan. Padahal, kedua hari besar tersebut berbeda. Hari Raya Kuningan juga sering disebut dengan Tumpek Kuningan.

Hari raya ini merupakan saat pemujaan kepada Dewa Pitara. Pada Hari Kuningan, umat Hindu percaya Bhatara dan Pitara turun ke bumi hanya sampai setengah hari.

“Karena itu, perayaan umumnya dilakukan hingga setengah hari saja, di mana umat Hindu melakukan ritual ibadah kepada dewa dan leluhur,” katanya.

“Ritual ini melibatkan pemberian sesajen berisi ajengan berwarna kuning, meskipun beberapa juga menggunakan sesajen tanpa nasi kuning,” tambahnya.

Untuk diketahui, Hari Raya Kuningan salah satu hari raya yang paling penting bagi umat Hindu di Indonesia, terutama di Kabupaten Lumajang.

Umat Hindu Lumajang melakukan serangkaian upacara dan ritual untuk menghormati leluhurnya, serta memperkuat hubungan spiritual dengan alam semesta. Salah satu aspek utama dari perayaan Hari Raya Kuningan adalah pemujaan terhadap roh-roh leluhur. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 217 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan

28 Juli 2025 - 18:00 WIB

Dari Tumpeng hingga Sayuran, Warga Berebut Isi Jolen Penuh Kegembiraan

28 Juli 2025 - 14:24 WIB

Ada Nilai Filosofis Calon Arang dalam Pementasan Seni Menyuarakan Dharma

21 Juli 2025 - 09:26 WIB

Tradisi Tak Lekang Waktu, Bhakti Penganyar Jadi Jembatan Budaya Bali dan Jawa

18 Juli 2025 - 15:00 WIB

1.923 Petani Lumajang Tercakup Asuransi Usaha Tani Padi

10 Juli 2025 - 16:52 WIB

Cok Ace Dorong Kolaborasi Budaya Bali dengan Lumajang

10 Juli 2025 - 16:21 WIB

Diresmikan Saat Purnama 1992, Pura di Senduro Kini Jadi Titik Sakral Umat Hindu

10 Juli 2025 - 15:52 WIB

Pujawali Rama Satunggal Warsa, Momen Pererat Persaudaraan Umat Hindu se-Nusantara

6 Juli 2025 - 18:02 WIB

Trending di Budaya