Menu

Mode Gelap
Ratusan Fotografer Serbu Safari Prigen, Buru Momen Satwa Terbaik Portal Jalan Tambakrejo–Lumbang Ditata Ulang, Mobil Damkar Jadi Tolak Ukur Di Kota Probolinggo, Bayi Perempuan Ditemukan di Teras Rumah, Dilengkapi Surat Wasiat Stok BBM di Jember Kini Normal, Mobilitas Masyarakat Kembali Lancar Pemkot Probolinggo Batalkan Rencana Bangun SMPN di Wilayah Barat, Disdikbud Beberkan Alasan Mengenal Roisatul Muttaqin Alalloh, Dara Cantik asal Jorongan Probolinggo yang Wakili Indonesia di 3 Negara

Budaya · 30 Okt 2023 11:16 WIB

Galang Gerak Budaya Tapal Kuda di Lumajang, Tampilkan Jaran Kencak


					KEARIFAN LOKAL: Tarian Jaran Kencak warnani.Galang Gerak Budaya Tapal Kuda (GGBTK), yang digelar di Pura Mandaragiri Semeru Agung, Senduro, Lumajang, Minggu (29/10/23) malam. (foto: Asmadi). Perbesar

KEARIFAN LOKAL: Tarian Jaran Kencak warnani.Galang Gerak Budaya Tapal Kuda (GGBTK), yang digelar di Pura Mandaragiri Semeru Agung, Senduro, Lumajang, Minggu (29/10/23) malam. (foto: Asmadi).

Lumajang,- Pagelaran seni bertajuk Galang Gerak Budaya Tapal Kuda (GGBTK), digelar di Pura Mandaragiri Semeru Agung, Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Minggu (29/10/2023) malam. Event ini digelar sebagai upaya pelestarian budaya lokal di Indonesia.

Galang Gerak Budaya Tapal Kuda ini, banyak mempertontonkan berbagai tarian khas Kota Pisang. Salah satunya yakni Jaran Kencak atau tarian Jaran Lompat.

Tarian ini menceritakan tentang Kabupaten Lumajang tempo dulu, yang memiliki sebuah kerajaan bernama Lamadjang Tigang Juru. Arya Wiraraja adalah raja pertama sekaligus pendiri kerajaan.

Pelaku seni Jaran Kencak Lumajang, Sarto Edi Santoso (46) menyebut, kesenian ini diadopsi dari beberapa kuda yang dimiliki oleh para pendekar Kerajaan Majapahit dan Lamadjang Tigang Juru.

Salah satunya kuda milik Ranggalawe, putra kesayangan mahararaja Arya Wiraraja. Konon, kuda milik Ranggalawe juga terlihat dalam peperangan saat mengalahkan kerajaan Kadiri bersama pasukan Tar-Tar Mongolia.

“Tentu kesenian ini diadopsi dari Madura. Sebab, kesenian ini ada kaitannya dengan Arya Wiraraja. Arya Wiraraja sendiri sebelum mendirikan kerajaan Majapahit, kan masih jadi Adipati Sumenep, untuk kemudian diadopsi oleh masyarakat Pendalungan,” kata Sarto.

Daerah Pendalungan seperti Kabupaten Lumajang, imbuhnya, memiliki ciri khas tersendiri untuk memperagakan tarian seni jaranan. Khusus di Kabupaten Lumajang, tarian jaran kencak ada tiga jenis tarian.

“Dari tiga kesenian ini ada tiga, yakni bisa dengan ditampilkan bersama tari kopyah, jaran slening, dan tari glanting,” paparnya.

Antusiasme Tinggi
Ketua Panitia Galang Gerak Budaya Tapal Kuda, Wira mengatakan, event ini merupakan program pelestarian kearifan lokal dari Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.

Event ini berlangsung dari tanggal 28 Oktober hingga 20 November dengan puncak acara di Jember. Selain Kabupaten Lumajang, daerah lain yang menggelar event ini adalah Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, dan Jember.

“Nah Kabupaten Lumajang mengawali GGBTK, yang digelar selama dua hari, tanggal 28 hingga 29 Oktober. Selain pertunjukan seni rakyat, juga ada kegiatan lain seperti workshop, diskusi, dan jelajah situs,” beber Wira.

Wira mengaku kagum dengan respons pegiat seni budaya di Kabupaten Lumajang, yang sangat antusias. Hal itu, membuat pihaknya sebagai panitia kegiatan lebih bersemangat.

“Para anak-anak muda yang tampil hari ini, merasa telah diberikan ruang kreasi, diberikan ruang tampil di event yang sangya luar biasa ini,” ungkap Wira.

“Jadi memiliki kebanggan lah, pertunjukan ini ada delapan sanggar, ada juga yang dari anak-anak SMA, SMP, SMK,” tambahnya.

Wira mengaharapkan, kirab budaya tidak hanya gegap gempita di tahun ini saja. Melainkan berkembang lebih sehingga bisa digelar rutin.

“Galang Gerak Tapal Kuda, puncak acaranya ada di Kabupaten Jember. Kami berharap di tahun yang akan datang, tuan rumahnya adalah Kabupaten Lumajang,” pungkasnya. (*)

 

Editor: Mohamad S
Publisher: Moch. Rochim

Artikel ini telah dibaca 79 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan

28 Juli 2025 - 18:00 WIB

Dari Tumpeng hingga Sayuran, Warga Berebut Isi Jolen Penuh Kegembiraan

28 Juli 2025 - 14:24 WIB

Ada Nilai Filosofis Calon Arang dalam Pementasan Seni Menyuarakan Dharma

21 Juli 2025 - 09:26 WIB

Tradisi Tak Lekang Waktu, Bhakti Penganyar Jadi Jembatan Budaya Bali dan Jawa

18 Juli 2025 - 15:00 WIB

1.923 Petani Lumajang Tercakup Asuransi Usaha Tani Padi

10 Juli 2025 - 16:52 WIB

Cok Ace Dorong Kolaborasi Budaya Bali dengan Lumajang

10 Juli 2025 - 16:21 WIB

Diresmikan Saat Purnama 1992, Pura di Senduro Kini Jadi Titik Sakral Umat Hindu

10 Juli 2025 - 15:52 WIB

Pujawali Rama Satunggal Warsa, Momen Pererat Persaudaraan Umat Hindu se-Nusantara

6 Juli 2025 - 18:02 WIB

Trending di Budaya