Menu

Mode Gelap
KPK Mulai Gerah! Bakal Jemput Paksa 21 Tersangka Korupsi Dana Hibah Jatim Pesawat Latih Jatuh di Bogor, Tewaskan Eks Kadispen TNI AU Toyota Fortuner Terjun ke Sungai di Jalur Wisata Bromo, 2 Orang Luka-luka Masuki Musim Hujan, Polisi Imbau Pengendara Waspada Longsor di Piket Nol Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06 Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

Ekonomi · 29 Jul 2023 16:44 WIB

Elpiji 3 Kilogram di Lumajang Tembus Rp30 Ribu, Warga Kelimpungan


					LANGKA: Epiji 3Kg langka di sejumlah wilayah, termasuk di Kabupaten Lumajang. (foto: Asmadi) Perbesar

LANGKA: Epiji 3Kg langka di sejumlah wilayah, termasuk di Kabupaten Lumajang. (foto: Asmadi)

Lumajang,- Elpiji 3 kilogram di sejumlah daerah di wilayah Kabupaten Lumajang sudah kian sulit didapat. Tak hanya sulit, harga jualnya pun juga melangit.

Warga Desa/Kecamatan Pasrujambe, Lilik (30) menjelaskan, sudah sepekan ini ia kesulitan mendapatkan elpiji. Padahal dalam kehidupan sehari-hari, ia selalu mengandalkan elpiji untuk memasak.

Ibu satu anak ini, mengaku harus numpang ke tetangganya agar bisa memasak. Bukan hanya sehari, tapi sudah dua hari terakhir ini, ia belum mendapat tabung gas.

“Gas susah sekali sekarang mas, Saya buka facebook untuk mencari orang yang jualan tabung gas LPG, tapi gak ada yang jualan,” curhat Lilik, Sabtu (29/7/2023).

Kondisi yang sama dialami, warga yang tinggal di Desa/Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Di lereng Semeru ini, emak-emak juga mengeluhkan kesulitannya mendapatkan elpiji.

“Jika pun ada, harganya Rp30 ribu sekarang. Padahal sebelumnya hanya Rp20 ribu, kenapa sekarang kok malah naik,” keluh Mukrimah, warga Desa Senduro.

Plt Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Lumajang Muhammad Ridha memaparkan, kelangkaan gas melon tidak hanya dirasakan warga Lumajang.

Pihaknya telah melakukan pemeriksaan di lapangan, dan hasilnya, jumlah pasokan untuk Lumajang tidak ada masalah. Karena jatah yang tidak dimasukan dalam rentang waktu tertentu membuat masyarakat merasakan stoknya berkurang.

“Hal itu membuat masyarakat melakukan pembelian dalam jumlah berlebih untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaannya,” kata dia. (*)

 

Editor: Mohamad S
Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 14 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Trending di Ekonomi