Menu

Mode Gelap
Mediasi Buntu, Paguyuban Pedagang Oleh-oleh Haji Keukeh Berjualan di Sekitar Masjid Alun-alun Tinjau Pembangunan Jembatan Penghubung Condong – Brabe, Gus Haris Upayakan Akses Permanen Kesetrum Saat Kegiatan Sekolah, Siswa SMPN 3 Kota Pasuruan Tewas Tiga Direktur BUMD Lumajang Mundur, Bupati Siapkan Seleksi Visioner dan Audit PD Semeru Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional Sepasang Kekasih Kena Begal di Jalan Barito Kota Probolinggo, Motor Raib

Budaya · 19 Agu 2022 18:41 WIB

Warga Wonotoro dan Ngadisari Lengkapi Karo dengan Nyadran


					Warga Wonotoro dan Ngadisari Lengkapi Karo dengan Nyadran Perbesar

Probolinggo – Setelah merayakan Karo dengan menggelar Tari Sodoran, Minggu (14/8/2022) lalu, warga Tengger di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo melakukan ritual Nyadran, Jumat (19/8/2022). Ritual yang identik dengan ziarah makam keluarga dan kerabat ini merupakan rangkaian terakhir Hari Raya Karo.

Dengan membawa bunga dan sesaji, ratusan warga di dua desa, Wonotoro dan Ngadisari dengan beriringan mendatangi pemakaman umum di Desa Wonotoro. Iring-iringan ratusan warga dua desa ini disertai dengan iringan alat musik khas Tengger.

Sebelum Nyadran dimulai, ritual ini dimulai dengan pembacaan mantra dari Romo Dukun Pandhita. Setelah itu warga dari dua desa itu Nyadran di pemakaman umum.

Kepala Desa Ngadisari, Suryanto mengatakan, inti dari ritual nyadran ini yakni bersedekah kepada para leluhur. Selain itu berisi harapan bagi yang dimakamkan segera kembali ke asal usulnya yakni, manusia yang berasal dari tanah, api, udara, air, angkasa, segera kembali ke unsur tadi.

“Ritual Nyadran pada hari ini diikuti warga dari dua desa, namun tak menutup kemungkinan diikuti oleh warga dari desa lain yang keluarganya dimakamkan di sini. Dan ritual Nyadran ini wajib diikuti karena merupakan rangkaian dari Hari Raya Karo,” ujarnya.

Sementara Jumain, warga Ngadisari yang ikut Nyadran mengatakan, tradisi Nyadran ini wajib dan tiap tahun ia ikuti. Intinya, melalui Nyadra, ia meminta restu kepada leluhur dengan membawa sesaji.

“Nyadran ini mendoakan leluhur kita serta meminta restu agar apa yang kita lakukan dapat selalu diberi keberkahan,” ujarnya. (*)

 

Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Zainul Hasan R.

Artikel ini telah dibaca 46 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dihadiri Menteri Kebudayaan, Dua Dukun Pandita Dikukuhkan di Pura Luhur Poten

11 Juni 2025 - 14:37 WIB

Mengenal Sate Lanjeng, Tradisi Tahunan Santri Bani Rancang Probolinggo saat Idul Adha

10 Juni 2025 - 06:35 WIB

Ngater Kajien Iringi Keberangkatan Belasan Jamaah Calon Haji asal Pulau Gili Ketapang

25 Mei 2025 - 13:17 WIB

Desa Senduro, Permata Lumajang dalam Program Berseri: dari Alam hingga Moderasi Beragama

19 Mei 2025 - 17:20 WIB

Pradaksina, Ritual Puncak Perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo

13 Mei 2025 - 08:54 WIB

Pariwisata Lumajang Butuh Inklusi Pelaku Lokal, Bukan Sekadar Panggung untuk EO Luar

11 Mei 2025 - 16:10 WIB

Batu Badar Besi Semeru, Ikon Langka dari Lumajang

11 Mei 2025 - 10:26 WIB

Harjakabpro ke-279, Ada Selametan Bumi di Alun-alun Kraksaan

10 Mei 2025 - 06:34 WIB

Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan

3 Mei 2025 - 20:50 WIB

Trending di Budaya