Menu

Mode Gelap
KPK Mulai Gerah! Bakal Jemput Paksa 21 Tersangka Korupsi Dana Hibah Jatim Pesawat Latih Jatuh di Bogor, Tewaskan Eks Kadispen TNI AU Toyota Fortuner Terjun ke Sungai di Jalur Wisata Bromo, 2 Orang Luka-luka Masuki Musim Hujan, Polisi Imbau Pengendara Waspada Longsor di Piket Nol Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06 Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

Ekonomi · 11 Jun 2022 15:30 WIB

Budi Daya Pepaya 12 Hektar, Warga Maron Raup Ratusan Juta


					Budi Daya Pepaya 12 Hektar, Warga Maron Raup Ratusan Juta Perbesar

Probolinggo – Menjadi petani memang butuh perjuangan. Namun perjuangan petani asal Kecamatan Maron, Kabupaten Proboljnggo ini patut diacungi jempol.

Bangkrut menjadi petani cabai, ia kemudian beralih menjadi petani pepaya yang mengantarkannya meraup ratusan juta.

Abdul Hamid (34), warga Dusun Sukun, Desa Pegalangan, Kecamatan Maron sejak enam tahun lalu telah menggeluti dunia pertanian. Sebelum menanam pepaya, ia mencoba peruntungan menanam cabai. Namun beberapa kali percobaan tanaman cabainya selalu gagal.

Melihat tanaman cabainya gagal, Hamid kemudian pada tahun 2017 lalu, menanam pepaya di lahan miliknya tersebut. Hasilnya, 12 hektar lahan yang ditanami pepaya tersebut membuahkan hasil.

Dua jenis tanaman pepaya dengan merk dagang, California dan Thailand tersebut berhasil ia kembangkan. Untuk sekali panen, buah pepaya yang dihasilkan mencapai tujuh ton lebih.

“Perawatan tanaman pepaya ini cukup mudah. Bibit tanaman pepaya ditanam dan disiram, serta dipupuk hingga berusia lima bulan, namun tetap harus ada pengawasan terhadap tanaman ini,” ujar Hamid.

Untuk harga, dua jenis pepaya tersebut Rp4-6 ribu per kilogram (kg). Selain itu saat panen, dua jenis pepaya ini sudah dipesan oleh tengkulak. Para tengkulak tersebut akan memasarkan baik untuk pasar ekspor maupun untuk pasar lokal, baik waralaba maupun pabrik.

“Alhamdulillah, jika dihitung, dalam setahun, keuntungan mencapai sekitar Rp600 juta. Keuntungan tersebut sebagian saya belikan tanah lagi di sekitar kebun saya, jadi total kebun pepaya saya mencapai 25 hektar,” imbuhnya.

Sementara, salah satu tengkulak buah pepaya, Sulistari mengatakan, ia langganan mengambil pepaya dari kebun milik Hamid, karena kualitas buah bagus, serta cocok untuk pasar ekspor.

“Biasanya pepaya yang saya beli dari kebun milik Pak Hamid ini saya setor ke pabrik untuk bahan baku saos. Sebagian saya jual ke pasar, itupun masih belum mencukupi permintaan,” ujarnya. (*)

Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.

Artikel ini telah dibaca 54 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Trending di Ekonomi