Menu

Mode Gelap
Solar Tumpah di Jalan, Warga Berebut Tanpa Peduli Bahaya dan Aturan Musim Kemarau Tiba, Waspadai Karhutla di Kawasan Gunung Bromo Ninik Ira Wibawati Akan Pensiun, Pemkot Probolinggo Segera Tunjuk Pj. Sekda Jambret Bercelurit Lukai Korban di Kota Pasuruan, Polisi Buru Pelaku Jember Fashion Carnival 2025 Usung Tema Lingkungan, Akan Hadirkan 2 Ribu Peserta Kantor Desa Alun-alun, Lumajang Dibobol Pencuri, Dua Motor Amblas

Kesehatan · 23 Feb 2022 19:00 WIB

Rifka Dina Aulia, Bocah Yatim-piatu Penderita Gizi Buruk ini Butuh Bantuan


					Rifka Dina Aulia, Bocah Yatim-piatu Penderita Gizi Buruk ini Butuh Bantuan Perbesar

Besuk,- Malang nian nasib Rifka Dina Aulia (7), warga Dusun Krajan, RT/010 RW/003, Desa Sindetlami, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo. Jika bocah seusianya sedang asyik bermain dengan teman sebaya, namun ia justru tergolek lemah di ranjang.

Ya, Dina, begitu dia disapa, setiap hari sejak dilahirkan hanya bisa tidur di ranjang bambu dalam bilik kamar rumah ditemani neneknya, Suto Sari (69). Tubuhnya ringkih, suaranya parau dan sesekali menangis tanpa alasan jelas.

Saat ditemui PANTURA7.com di rumahnya, Rabu (23/2/22), Dina mengenakan kaos pink bergambar hello kitty dipadu celana pendek dengan warna senada. Seperti biasa, ia terkulai lemah di ranjang. Ia tidak bisa berdiri, apalagi berjalan.

Dina tinggal di kamar berukuran 2×2,5 meter. Rumah semi permanen berdinding kayu yang sudah mulai lapuk, membuat bilik kamar Dina mudah tertebus cahaya dari luar. Atap rumah yang tanpa plafon, menambah kesan kumuh terhadap rumah yang tepat berada di pinggir area persawahan itu.

“Sudah sejak lahir sudah tidak normal kondisinya, biasanya bayi itu memiliki berat sekitar 2,5 kilogram tapi Dina hanya 1,1 kilogram. Sehingga kondisinya sekarang seperti ini, tidak bisa jalan, setiap harinya hanya minum susu saja,” kata paman Dina, Salehuddin (36) saat mendampingi Dina di pembaringan.

Selain gizi buruk yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan anak atau stunting, penderitaan Dina tidak sampai disitu saja. Sekitar 4 tahun lalu atau sejak Dina berumur 3 tahun, dia tidak dapat merasakan belaian dan kasih sayang dari orang tuanya yang memutuskan bercerai.

Penderitaan Dina kian lengkap setelah di 8 bulan lalu, Babur Rahma, ibu kandungnya yang meninggal dunia. Alhasil, hak asuh diambil alih sang nenek nenek dibantu Salehuddin, kakak kandung Babur Rahma.

“Bapak kandungnya namanya Hasan, warga Desa Betek Taman, Kecamatan Gading yang juga meninggal dunia, 6 bulan lalu. Dia meninggal dunia setelah pisah dengan adik saya,” ujar Salehuddin.

Semenjak itulah, lanjut Salehuddin, perawatan Dina kian terbengkalai. Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, membuat keluarga mati-matian untuk memenuhi kebutuhan Dina, seperti susu, pampers, bubur dan sebagainya.

Sejak lahir, menurutnya Salehuddin, Dina tidak makan nasi seperti bocah kebanyakan. Dina sejatinya sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), namun tetap hal itu belum cukup karena terkendala kebutuhan keluarga yang kian mendesak.

“Punya kalau kartu sehat, tapi tidak bisa dipakai, karena kami tidak tahu cara mengurusnya. Jadi untuk perawatan Dina, hanya sebatas di bidan desa saja, paling banter di Puskesmas Besuk. Bantuan lainnya dapat, tapi sejak tahun 2022 tidak dapat sama sekali,” tutur Salehuddin.

TAK BERDAYA: Rifka Dina Aulia selalu terbaring di ranjang karena tidak bisa berjalan meski sudah berusia 7 tahun. (foto: Moh. Ahsan Faradies)

Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) Sindetlami, Jamaluddin mengatakan, Dina sejatinya sudah menerima bantuan dari program disabilitas, yang disalurkan setiap 3 bulan sekali.

“Satu bulan itu Rp 300 ribu, tapi dicairkan ketika 3 bulan sekali jadi Rp 900 ribu. Untuk tahun 2022 ini, masih belum dapat karena belum genap 3 bulan dan bantuan ini dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur langsung yang diserahkan secara tunai kepada yang bersangkutan,” ungkap Jamal.

Selain bantuan tersebut, lanjut Jamal, Pemerintah Desa (Pemdes) Sindetlami melalui bidan desa, sering memantau dengan datang langsung ke rumahnya. Jamal menjamin, kondisi Dina tetap dalam pengawasan.

“Biasanya kalau dirawat di luar, itu menggunakan kartu KIS-nya. Masih, masih tetap aktif kartunya. Kami dari pihak desa sebenarnya sudah berusaha untuk kesembuhan, tapi tetap kendala utama ada di ekonomi,” tutur Jamal. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : Albafillah

Artikel ini telah dibaca 145 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Ratusan Warga Jember Ikuti Operasi Katarak Gratis, Lansia Prioritas

5 Agustus 2025 - 22:49 WIB

Waspada! Pasien Sakit Musiman di Jember Melonjak Gara-gara Anomali Cuaca

5 Agustus 2025 - 19:12 WIB

Capaian Cek Kesehatan Gratis Lumajang Baru 12,7 Persen, Tantangan Edukasi Masih Besar

27 Juli 2025 - 11:24 WIB

Gandeng UJ, Pemkab Lumajang Operasi Gratis Bibir Sumbing

13 Juli 2025 - 16:27 WIB

Canangkan Zero Kusta, Pemkab Probolinggo Gandeng Organisasi Pemerhati Kusta Internasional

9 Juli 2025 - 19:37 WIB

Kasus Kusta Indonesia Masuk 3 Besar Dunia, The Nippon Foundation Turun Tangan

9 Juli 2025 - 19:09 WIB

Dokter Muter: Harapan Baru Warga Terpencil Dusun Bakah Lumajang

3 Juli 2025 - 18:28 WIB

Ancaman di Balik Genangan Air: Leptospirosis Mengintai Warga Lumajang

2 Juli 2025 - 16:04 WIB

Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional

16 Juni 2025 - 10:58 WIB

Trending di Kesehatan