Menu

Mode Gelap
Aksi Pengeroyokan di Gondangwetan, Korban Luka, Pelaku Terjatuh Kecelakaan Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli Polres Probolinggo Gagalkan Peredaran Sabu dan Ratusan Ribu Pil Okerbaya Kemasan Vitamin Ternak Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September Luka Parah Akibat Ledakan Bondet, Maling Motor di Grati Pasuruan Akhirnya Tewas

Ekonomi · 25 Mar 2021 20:15 WIB

Jadi Lumbung Pertanian, Jatim Tidak Perlu Impor Beras


					Jadi Lumbung Pertanian, Jatim Tidak Perlu Impor Beras Perbesar

KEDOPOK,- Rencana pemerintah untuk impor beras sebanyak 1 juta ton dari Thailand dan Vietnam membuat petani resah. Petani menilai, kedatangan beras impor hanya akan merugikan petani.

“Kenapa harus impor, kita tidak kekurangan beras kok. Kalau ada beras impor, saya yakin harga gabah akan turun,” kata Muhamad Husni, petani asal Kelurahan / Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo, Kamis (25/3/21).

Saat ini, sambung Husni, harga gabah petani sebesar Rp 4.100 per kilogram (Kg). Harga itu lebih rendah Rp 100 dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang dilakukan Bulog.

“Kalau beras impor sampai ke daerah, bisa-bisa harga gabah dibawah Rp 4. 000/Kg. Padahal kualitasnya ya sama saja dengan beras lokal,” paparnya.

Menurut Husni, seharusnya pemerintah memaksimalkan petani lokal jika memang cadangan beras nasional menipis. Langkah itu ia nilai lebih tepat daripada menggunakan cara instan dengan impor beras.

“Berdayakan petani, banyak cara kok untuk menjaga ketahanan pangan. Gabah petani diserap maksimal, ada penurunan harga pupuk atau giatkan penyuluhan tani produktif,” urai Husni.

Sementara itu, Ketua Perempuan Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Timur Lia Istifhama mengapresiasi sikap Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, yang menyebut Jawa Timur tidak memerlukan impor beras.

“Pasokan (beras) Jawa Timur saat ini cukup dan aman hingga akhir Mei 2021,” terang Lia Istifhama

Menurut Lia, Jawa Timur (Jatim) bisa dikatakan sebagai lumbung pertanian karena telah melakukan ekspor produk pertanian senilai Rp 140 miliar di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, 12 Maret lalu.

“Berbicara stok beras pasti berbeda untuk setiap regional. Namun yang penting, sebaiknya diutamakan perdagangan regional, yaitu antar propinsi maupun antar pulau untuk pemenuhan stok pangan, sebelum memutuskan harus impor,” tuturnya. (*)

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli

17 September 2025 - 20:39 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Petani Tebu Lumajang Akhirnya Sumringah, Tumpukan Gula di Gudang Terjual Rp.79,7 Miliar

5 September 2025 - 19:13 WIB

Impor Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Konsumsi, Gula Petani Lokal Tak Terserap

4 September 2025 - 10:59 WIB

Kebanjiran Order, Persewaan Baju Karnaval di Pasuruan Raup Puluhan Juta

24 Agustus 2025 - 17:18 WIB

Trending di Ekonomi